Jakarta (ANTARA News) - Investor Polandia menyiapkan dana sebesar 50 juta dolar AS untuk proyek air Laya di Bukit Asam, Sumsel, dan tertarik dengan proyek pembangunan jalur kereta api sepanjang 90 kilometer, yang akan menghubungkan pusat ekonomi di Sumsel dan Pelabuhan Tanjung Api-Api, senilai 350 juta dolar Amerika Serikat. Menurut keterangan resmi Departemen Luar Negeri di Jakarta, Selasa, hal tersebut terungkap dalam perundingan antara Dutabesar Indonesia untuk Polandia, Hazairin Pohan, dan pemodal Polandia, FAMUR Internasional Trade SA di Warsawa awal pekan ini. Proyek air Laya sebelumnya merupakan pertambangan terbuka, namun mulai mengerjakan pertambangan bawah tanah, yang saat ini mencapai kedalaman sekitar 100 meter. Berdasarkan atas perkiraan, pada kedalaman 150 meter di bawah tanah terdapat batubara dengan mutu kalori tinggi. Dutabesar Indonesia di Warsawa bersama FAMUR SA mengadakan pembicaraan dengan pemerintah Polandia untuk menyiapkan pendanaan proyek ini dengan nilai 50 juta dolar Amerika Serikat (sekitar 450 miliar rupiah). "Idealnya, pendanaan dapat menggunakan pinjaman lunak, yang disediakan pemerintah Polandia. Berdasarkan atas bentuk penanaman modal antar-pemerintah, proyek jenis itu dapat dibiayai melalui pinjaman lunak dalam bentuk bantuan mengikat," kata Pohan. Pohan menyatakan yakin, karena dalam pembicaraannya dengan Wakil Menteri Keuangan beberapa waktu lalu, pemerintah Polandia menyatakan bersedia membiayai proyek penting di Indonesia melalui pinjaman lunak. FAMUR SA bukan "pemain baru" di Indonesia, karena selama ini bekerjasama dengan berbagai perusahaan modal asing, misalnya, pada proyek Barito Line di Kalimantan Tengah senilai satu miliar dolar Amerika Serikat (lebih kurang sembilan triliun rupiah). FAMUR juga sedang menyiapkan penambangan nikel dan tembaga di berbagai daerah di Indonesia. Di pihak lain, perusahaan lain tambang Polandia, KOPEX SA, sedang merundingkan usaha senilai satu milyar dolar Amerika Serikat (kira-kira sembilan triliun rupiah) untuk penambangan batubara dan pembangunan pembangkit listrik tenaga uap di Kalimantan Selatan. KOPEX SA bersama mitranya dalam waktu dekat menandatangani kontrak awal senilai 150 juta dolar Amerika Serikat (sekitar 1,3 triliun rupiah). Menurut survai sementara Kopex SA, di bawah tanah Kalimantan Selatan terdapat sekitar 250 juta ton batubara. (*)
Pewarta:
Copyright © ANTARA 2007