Pemerintahan Joko Widodo menciptakan terobosan kebijakan, antara lain insentif bagi pelaku ekonomi, mendorong reformasi di berbagai bidang, membangun sentra ekonomi baru, memperkuat poros maritim nasional, meningkatkan produktivitas, dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia, demikian keterangan yang diterima, Kamis.
Tahun 2018 menjadi titik balik pembangunan ekonomi nasional, walaupun ekonomi global berada dalam pusaran ketidakpastian, pertumbuhan ekonomi stabil.
Angka pengangguran, kemiskinan, dan ketimpangan menurun. Harga-harga terkendali dan pengelolaan keuangan negara dilakukan dengan hati-hati.
Hasil yang telah dicapai adalah Indeks Daya Saing Global Indonesia naik ke peringkat 45 di 2018 dari peringkat 47 di 2017. Selain itu Indonesia berhasil naik peringkat dari negara tidak layak investasi di 2014 menjadi negara dengan peringkat layak Investasi menurut 3 lembaga pemeringkat internasional terkemuka, yaitu oleh Moody’s, Fitch dan Standard & Poor.
Tidak puas sampai disitu saja, Presiden Joko Widodo ingin tingkatkan lagi daya saing Indonesia melalui kawasan Batam.
"Kita ingin Batam dan sekitarnya yang memiliki posisi strategis betul-betul bisa dikembangkan secara maksimal sehingga memiliki daya saing untuk kawasan ekonomi dan daya tarik untuk investor," kata Presiden dalam pengantar rapat terbatas di Kantor Presiden, Rabu (12/12).
"Saya kira perlu dikelola lebih profesional lagi sehingga Batam menjadi sebuah kawasan ekonomi yang benar-benar bisa kita kembangkan, terutama untuk sentra industri. Pada saat terakhir saya ke Batam, saya melihat sendiri potensinya yang sangat besar, tapi mungkin di sisi kecepatan pelayanan yang paling banyak memang keluhan di bidang urusan pertanahan," tambah Presiden.
Baca juga: Presiden: tingkatkan daya saing dengan terobosan digital
Baca juga: Menuju ekonomi tak berbiaya tinggi ala Presiden Jokowi
Baca juga: Presiden: Daya saing pasar rakyat menang
Baca juga: Jokowi terus dorong peningkatan daya saing
Pewarta: Joko Susilo
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018