Pekanbaru (ANTARA News) - Basarnas Kota Pekanbaru mengevakuasi 450 santri yang menjadi korban banjir di Pondok Pesantren Darul Ulum Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar, Riau, Rabu.
Kepala Basarnas Pekanbaru, Gde Darmada dalam keterangannya mengatakan, pondok pesantren Darul Ulum selama dua hari terakhir tergenang banjir akibat Sungai Kampar meluap ditambah lagi curah hujan cukup tinggi di daerah itu.
"Ketinggian air mencapai 70 sampai 90 centimeter," katanya.
Humas Basarnas Pekanbaru, Kukuh Widodo menambahkan, bangunan inti pondok pesantren tersebut sudah tergenang air. Karena itu, para santri sempat diungsikan ke Masjid Abu Hurairah yang menjadi satu-satunya bangunan yang masih belum tergenang banjir.
Namun, karena kondisi air semakin tinggi, maka para santri akhirnya dievakuasi ke luar pesantren.
Basarnas Pekanbaru menggunakan satu perahu karet dan kendaraan operasional mengangkut para santri dan pengajar dari dalam pondok pesantren melintasi akses jalan sejauh 700 meter yang kini terputus karena tergenang banjir.
Petugas bahkan membuat rakit darurat dari gedebok (batang) pisang yang dijalin menjadi rakit darurat.
"Apapun alat kita gunakan untuk mengevakuasi. Bisa gedebok pisang juga," kata Kukuh.
Sejumlah santri sempat membawa barang seperti pakaian seadanya untuk mengungsi.
Selama dua hari terakhir, Basarnas Pekanbaru membantu mengevakuasi warga korban banjir di Pekanbaru dan sekitarnya.
Pada selasa (11/12), Basarnas membagi dua tim untuk membantu evakuasi warga korban banjir di Kota Pekanbaru. Lokasi pertama dalah di perumahan Griya Sidomulyo Kecamatan Marpoyan Damai. Di lokasi itu tim Basarnas menurunkan delapan personel dan satu perahu karet untuk mengevakuasi sekitar 250 kelapa keluarga yang rumahnya kebanjiran.
Kemudian lokasi kedua adalah di Graha Kualu Payung Sekaki, di mana Basarnas menurunkan 11 personel dan satu perahu karet. Di lokasi tersebut Basarnas membantu mengevakuasi 240 kepala keluarga karena banjir yang ketinggiannya mencapai sekitar setengah meter.
Selain itu, Basarnas Pekanbaru juga membantu pencarian tiga warga yang hilang akibat terseret arus banjir. Yang pertama adalah Gilang, anak berumur 14 tahun yang sempat hilang di sungai kecil di Kecamatan Payung Sekaki, Pekanbaru. Siswa kelas tiga SMP itu akhirnya ditemukan dalam kondisi meninggal dunia.
Sedangkan dua orang lagi merupakan warga Kabupaten Kampar yang hilang saat kondisi banjir. Orang hilang tersebut bernama Ilik, 50 tahun, warga Desa Kuok Kecamatan Bangkinang Barat.
"Bapak itu usianya sudah tua, dia hilang setelah jatuh dari sampannya yang terbalik di sungai," kata Kukuh.
Korban lainnya bernama Walid, 27 tahun, warga Desa Simpang Tibun, Kecamatan Kampar yang hilang setelah hanyut terseret arus Sungai Kampar yang meluap.
"Dia sedang mandi di sungai yang arusnya sedang deras dan terbawa arus," katanya.
Ia mengatakan Basarnas Pekanbaru menerjunkan masing-masing tujuh personel ke dua lokasi tersebut lengkap dengan perahu karet dan peralatan selam.
"Sungai Kampar karakteristiknya airnya deras di permukaan dan di dasarnya. Apalagi dalam kondisi banjir sekarang ini, perenang andal pun akan kesulitan. Karena itu, kami mengimbau warga untuk berhati-hati dan mengurangi aktivitas di sungai," kata Kukuh.
Baca juga: Aktivitas sekolah di Kampar-Riau lumpuh akibat banjir
Baca juga: Kampar berstatus tanggap darurat banjir
Pewarta: Febrianto Budi Anggoro
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018