Padang (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengingatkan masyarakat tidak mengkaitkan gempa yang kerap terjadi di Indonesia dengan takhayul, yang mengkaitkan dirinya sebagai Presiden sebagai penyebab. Hal itu diungkapkan Presiden Yudhoyono saat memberikan pengarahan penanganan gempa dan dampaknya kepada puluhan bupati se Sumatera Barat, di kediaman Bupati Pesisir Selatan, Sumatera Barat, Selasa. "Indonesia, negeri yang kita miliki ini masuk dalam lempeng Eurasia, yang terus bergerak setiap tahun, dan sejak ratusan tahun sebelumnya sudah demikian, ditambah lagi negara kita adalah wilayah yang rawan gempa," kata Presiden. Ia kembali menegaskan, "pergerakan magma ini bukan karena SBY jadi Presiden, itu syirik namanya kalau mengkaitkannya dengan kepemimpinan saya". Untuk itu ujarnya, seluruh komponen harus akrab dengan kehidupan seperti ini dan musibah harus bisa diubah menjadi berkah. Presiden menuturkan, Sumatera Barat merupakan salah satu wilayah yang potensial terkena musibah. "Sumatera Barat ibaratnya 'supermarket bencana' karena memiliki lima gunung api, potensi terhadap tsunami, dan juga potensi longsor karena memiliki sebagian wilayah berbukit," tandas Presiden. Kepala Negara menjelaskan, pada Senin (17/9), dirinya turun ke lapangan melihat langsung dampak kerusakan gempa di Muko Muko, Bengkulu, dan Lunang Silaut di Pesisir Selatan, Sumatera Barat. "Saya katakan Allah Maha Besar Maha Adil, negara kita dikaruniai alam luar biasa. Apa yang tidak kita punya, kalau negeri Arab punya minyak di bawah tanah, atasnya pasir. Di Indonesia di bawah tanah ada minyak di atas juga ada minyak (kelapa sawit-red)," katanya. Selain itu, Indonesia juga punya barang tambang dari perut bumi seperti emas, perak, gas, batubara minyak, termasuk kekayaan hutan. "Ini yang harus dikelola baik, dan yang mengelolanya tentu bukan hanya Presiden SBY, tetapi seluruh masyarakat, termasuk mulai dari camat hingga walikota, dan pejabat daerah. Insya Allah jika demikian akan mendatangkan kesejahteraan begitu besar bagi rakyat," katanya. Dengan begitu, yang penting manakala ada gangguan, gempa, dan bencana seluruh pihak dapat mengatasi dengan meminimalisasi jumlah korban.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007