Mata uang negara berkembang, termasuk rupiah masih dipengaruhi ketidakpastian perang dagang
Jakarta (ANTARA News) - Pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa sore ini tertekan sebesar 75 poin ke posisi Rp14.624 dibandingkan sebelumnya Rp14.549 per dolar AS.
Analis Valbury Asia Futures Lukman Leong di Jakarta, Selasa mengatakan bahwa sentimen yang datang dari eksternal masih menjadi faktor utama bagi pelemahan mata uang rupiah.
"Mata uang negara berkembang, termasuk rupiah masih dipengaruhi ketidakpastian perang dagang. Kondisi ini membuat pelaku pasar mengalihkan dananya ke aset yang lebih likuid, dalam hal ini dolar AS," ujarnya.
Menurut dia, mata uang di negara berkembang menjadi kurang diminati mengingat dampak perang dagang dikhawatirkan mempengaruhi perekonomian global.
"Meski data ekonomi Amerika Serikat cenderung melambat dan sinyal the Fed yang dovish terhadap suku bunga tidak membuat dolar AS menjadi tertekan, hal itu dikarenakan mata uang Amerikak Serikat itu dinilai sebagai aset yang likuid," ucapnya.
Ia menambahkan sentimen dari dalam negeri mengenai defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) juga masih menjadi beban bagi fluktuasi rupiah.
Ekonom Samuel Sekuritas Ahmad Mikail menambahkan dolar AS juga mengalami penguatan terhadap mayoritas mata uang dunia karena dipengaruhi ketidakpastian terhadap prospek ekonomi Eropa dan Inggris.
"Dolar AS kembali menjadi safe haven di tengah ketidakpastian tersebut. Menguatnya dolar AS di pasar global itu kembali menekan rupiah pada hari ini," katanya.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari ini (11/12), tercatat mata uang rupiah melemah menjadi Rp14.613 dibanding sebelumnya (10/12) di posisi Rp14.517 per dolar AS.
Baca juga: Ini penyebab kurs rupiah melemah, tembus angka RP14.600
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2018