Karena itu dia menilai sudah tepat apabila posko pemenangan Prabowo-Sandi diwacanakan dipindahkan ke Jawa Tengah.
"Karena salah satu battle ground dalam politik tentu saja salah satunya di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, semua sebenarnya," kata Fadli di Komplek Parlemen, Jakarta, Selasa.
Dia menilai pemindahan posko pemenangan ke Jateng itu ingin memberikan penguatan dan meyakinkan masyarakat tentang pentingnya perubahan.
Menurut Fadli, pihaknya ingin menitikberatkan kampanye di Jawa Tengah karena selama ini wilayah tersebut merupakan salah satu basis kekuatan Jokowi dengan partainya PDI Perjuangan.
"Analoginya dalam kompetisi politik biasanya apabila ada satu daerah dikuasai lawan maka berusaha untuk menguasainya dengan cara damai dan konstitusional. Salah satunya dengan memenangkan hati dan pikiran rakyat," ujarnya.
Fadli yang merupakan Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra itu mengatakn, tidak masalah apabila Jateng dianggap sebagai basis massa PDIP atau kandang banteng.
Dia menjelaskan dengan dijadikannya Jawa Tengah sebagai medan pertempuran penting, maka perlu ada komunikasi yang intensif dengan masyarakat di wilayah tersebut.
Hal itu, menurut dia, agar pesan dan visi-misi Prabowo-Sandi bisa sampai secara efektif tanpa terhalang jarak.
"Lebih memperkuat di daerah itu. itu dalam rangka meningkatkan komunikasi dengan masyarakat. Komunikasi lebih dekat sehingga dari sisi jarak itu tidak ada halangan," ujarnya.
Sebelumnya, Direktur Materi Debat Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Sudirman Said mengungkapkan pemindahan markas perjuangan Prabowo-Sandiaga ke Jawa Tengah.
Sudirman mengatakan Jateng merupakan provinsi penting yang harus dimenangkan pasangan Prabowo-Sandi.
"Kemenangan di Jateng besar pengaruhnya secara nasional," kata Sudirman ketika meresmikan Posko Relawan Prabowo-Sandi di Lebaksiu, Kabupaten Tegal, Jateng Sabtu (8/12).
Baca juga: Sekjen koalisi Prabowo-Sandi beri masukan KPU terkait DPT
Baca juga: Prabowo dengarkan "curhat" ojek daring
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2018