New York (ANTARA News) - Mantan Presiden Soeharto menempati urutan pertama daftar pemimpin politik dunia yang diperkirakan mencuri kekayaan negara dalam jumlah besar selama kurun waktu beberapa puluh tahun terakhir. Daftar tersebut tercantum dalam buku panduan yang dikeluarkan oleh PBB dan Bank Dunia bersamaan dengan peluncuran Prakarsa Penemuan Kembali Kekayaan Yang Dicuri (Stolen Asset Recovery (StAR) Initiative di Markas Besar PBB, New York, Senin. Peluncuran prakarsa dihadiri oleh Sekjen PBB Ban Ki-moon, Presiden Bank Dunia Robert B. Zoellick, dan Direktur Kantor PBB untuk masalah Obat-obatan terlarang dan Kejahatan (UNODC) Antonio Maria Costa, serta para pejabat tinggi sejumlah negara anggota PBB, termasuk Deputi Watap RI untuk PBB, Adiyatwidi Adiwoso, dan Direktur Perjanjian Internasional Deplu-RI Arif Havas Oegroseno. Daftar tersebut mencantumkan 'Mohamad Soeharto (1967-1998)' pada urutan teratas tabel "Perkiraan Dana yang Kemungkinan Dicuri dari sembilan Negara', dengan kekayaan yang diperkirakan dicuri Soeharto berjumlah 15 miliar dolar hingga 35 miliar dolar AS. Temuan PBB-Bank Dunia itu menyebutkan perkiraan total PDB Indonesia setiap tahunnya pada rezim Soeharto 1970-1998 sebesar 86,6 miliar dolar AS. Indonesia, seperti yang diungkapkan Arif Havas Oegroseno, akan mengajukan permintaan bantuan kepada StAR Initiative untuk berusaha mengembalikan kekayaan negara yang diperkirakan dicuri Soeharto. Menurut rencana, Havas pada Jumat (21/9) akan bertemu dengan pihak Bank Dunia di Washington DC untuk membahas rencana Indonesia tersebut. Pembahasan di Washington nanti, kata Havas yang ditemui sebelum peluncuran StAR Initiative, akan berkisar kepada penaksiran kemungkinan mengumpulkan kembali kekayaan yang diperkirakan dicuri Soeharto serta langkah-langkah apa saja yang akan dilakukan setelah itu. Dengan demikian, saat ini belum diketahui di mana saja kekayaan yang diperkirakan dicuri Soeharto tersebar dan dapat dikumpulkan kembali. Sementara itu, mengenai bantuan apa yang dapat diberikan kepada negara-negara yang ingin mengumpulkan kembali kekayaan negara yang dicuri oleh pemimpin politik mereka, Presiden Bank Dunia Robert B. Zoellick mengungkapkan bahwa StAR Inisiatif dapat membantu memperkuat kemampuan tim nasional suatu negara untuk mengembalikan harta yang dicuri. Untuk itu, ujar Zoellick, diperlukan antara lain dukungan perundang-undangan di negara yang bersangkutan, pelatihan dan peningkatan kemampuan bagi pihak-pihak terkait di bidang hukum serta kerjasama antar-negara dalam mengumpulkan kembali kekayaan yang diparkir di suatu negara tertentu. Berkaitan dengan itu, ketika menjawab pertanyaan, Direktur UNODC Antonio Maria Costa mengatakan, pengembalian kekayaan yang diparkir di luar negeri juga akan memerlukan perjanjian ekstradisi antara negara-negara yang bersangkutan. Selain Soeharto, pemimpin politik dunia lainnya yang diperkirakan mencuri kekayaan negara adalah Ferdinand Marcos dari Filipina (1972-1986) dengan 5-10 miliar dolar AS; Mobutu Sese Seko dari Zaire (1965-1997) dengan lima miliar dolar AS; Sani Abacha dari Nigeria (1993-1998) dengan 2-5 miliar dolar AS serta Slobodan Milosevic dari Serbia/Yugoslavia (1989-2000) dengan satu miliar dolar AS. Di bawah mereka, terdapat nama Jean-Claude Duvalier dari Haiti (1971-1986) yang diperkirakan mencuri 300-800 juta dolar AS; Alberto Fujimori dari Peru (1990-2000) dengan 600 juta dolar AS, Pavio Lazarenko dari Ukraina (1996-1997) dengan 114 hingga 200 juta dolar AS; Arnoldo Aleman dari Nikaragua (1997-2002) dengan 100 juta dolar AS dan Joseph Estrada dari Filipina (1998-2001) dengan 70 hingga 80 juta dolar AS. Daftar 'Perkiraan Dana yang Kemungkinan Dicuri dari sembilan Negara' disiapkan oleh Transparency Internasional (TI) dan Bank Dunia. Namun menurut TI, pemimpin dunia yang tercantum dalam daftar tersebut tidak berarti menjadi sembilan pimpinan dunia terkorup. TI juga mengungkapkan bahwa sumber-sumber yang dijadikan bahan untuk membuat daftar tersebut didapat melalui informasi dari berbagai media massa. Satu-satunya informasi yang didapatkan secara resmi dari sumber suatu negara adalah dari Peru, yaitu berkaitan dengan kemungkinan keterlibatan Alberto Fujimori dalam menghilangkan kekayaan negara tersebut. Menurut catatan PBB-Bank Dunia, Filipina akhirnya memperoleh kembali 624 juta dolar dari uang yang diparkir Ferdinand Marcos di Swiss. Antara Agustus 2001-2004, Peru dapat memperoleh kembali sekitar 180 juta dolar yang dicuri oleh Vladimiro Montesinos dari beberapa tempat, seperti Swiss, Cayman Islands dan Amerika Serikat. Nigeria antara September 2005 dan awal tahun 2006 berhasil mengumpulkan kembali 505 juta dolar AS dari Sani Abacha, yang kekayaannya dibekukan oleh pihak berwenang Swiss. Pada Juli 2006, pihak berwenang Inggris mengembalikan 1.9 juta dolar AS yang dicurigai sebagai aset yang dikumpulkan secara ilegal oleh Diepreye Alamieyeseigha, Gubernur Bayelsa, negara bagian di Nigeria yang dikenal kaya akan minyak. Namun PBB-Bank Dunia mengingatkan bahwa pengembalian aset negara yang dicuri akan sangat memakan waktu, memerlukan kredibilitas dan upaya yang berkelanjutan serta keinginan politik yang kuat dari suatu negara.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007