Surabaya (ANTARA News) - Provinsi Jawa Timur pada periode 2019-2024 akan memiliki Gubernur dan Wakil Gubernur baru hasil Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) pada 27 Juni 2018, yakni Khofifah Indar Parawansa dan Emil Elistianto Dardak.
Komisi Pemilihan Umum Jawa Timur pada 24 Juli 2018 secara resmi menetapkan keduanya sebagai pengganti Soekarwo dan Saifullah Yusuf yang sudah selama 10 tahun memimpin provinsi ini dan masa baktinya berakhir 12 Februari 2019.
Saat Pilkada Jatim, Khofifah-Emil adalah pasangan nomor urut 1 diusung oleh koalisi Partai Demokrat, Golkar, Hanura, PPP, PAN dan NasDem, kemudian pesaingnya adalah Saifullah Yusuf-Puti Guntur cucu Soekarno nomor urut 2 yang diusung PDI Perjuangan, PKB, PKS dan Gerindra.
Pada proses rekapitulasi hasil penghitungan suara tingkat provinsi, Khofifah-Emil memperoleh 10.465.218 suara atau 53,55 persen, sedangkan Saifullah Yusuf-Puti Guntur memperoleh 9.076.014 suara atau 46,5 persen.
Rinciannya, total suara yang masuk dari 38 kabupaten/ kota se-Jawa Timur sebanyak 20.323.259. Dari jumlah itu, suara yang dinyatakan sah sebanyak 19.541.232, kemudian 782.027 suara dinyatakan tidak sah.
Hasil tersebut memastikan Khofifah Indar Parawansa yang sebelumnya sudah dua kali mengikuti kontestasi Pilkada Jatim (2008 dan 2013) sebagai orang nomor satu di Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Sampai saat ini, belum ada jadwal dari Kementerian Dalam Negeri terkait pelaksanaan pelantikan Khofifah dan Emil Dardak sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur yang akan dipimpin langsung oleh Presiden RI Joko Widodo di Istana Negara di Jakarta.
Dalam sejumlah kesempatan, Khofifah bersyukur serta berterima kasih atas kepercayaan yang diberikan masyarakat Jawa Timur terhadap dirinya sebagai pemimpin, dan dia berkomitmen untuk semakin meningkatkan kesejahteraan rakyat sekaligus meneruskan apa yang sudah dilakukan Soekarwo.
"Ini adalah kemenangan rakyat dan mari bersama-sama membangun Jawa Timur," ujar Khofifah.
Mantan Menteri Sosial itu juga memastikan mengakomodasi program-program yang telah diaspirasikan oleh pasangan calon nomor urut 2 Saifullah Yusuf-Puti Guntur, untuk disandingkan dengan program Nawa Bakti Satya yang telah disusun bersama Emil Dardak sejak sebelum masa kampanye.
Tim Navigasi Program akan mempermudah kerjanya menyejahterakan masyarakat Jawa Timur di berbagai bidang selama kepemimpinannya lima tahun ke depan.
Nawa Bhakti Satya
Khofifah menjelaskan, program kerja Khofifah-Emil menyimpan arti seperti doa setiap hari yaitu bermakna memohon kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Total ada sembilan program kerja yang disiapkan untuk menyejahterakan rakyat Jatim, pertama adalah "Jatim Sejahtera" yang orientasinya untuk pengentasan kemiskinan menuju keadilan dan kesejahteraan sosial, kedua adalah "Jatim Kerja" yaitu berfokus kepada "Milenial Job Center" dengan cara memberikan pelatihan kerja, pendidikan vokasi, membantu "starting up" usaha, membantu promosi bagi usahawan muda, dan membantu pembiayaan usaha pada tahap awal usaha.
Program ketiga adalah "Jatim Cerdas dan Sehat" yang fokus pada pendidikan dan kesehatan gratis berkualitas, keempat adalah "Jatim Akses" yang diprioritaskan untuk membangun infrastruktur dalam kerangka pengembangan wilayah terpadu, dan keadilan akses bagi masyarakat pesisir dan desa terluar.
Program kelima adalah "Jatim Berkah" yaitu dengan cara memberi tunjangan kehormatan imam masjid di kampung, pesisir dan pulau terluar, keenam "Jatim Agro" yang diprioritaskan untuk memajukan sektor pertanian, peternakan, perikanan darat dan laut, kehutanan, perkebunan untuk mewujudkan kesejahteraan petani dan nelayan.
Program ketujuh adalah "Jatim Berdaya" yang diprioritaskan untuk memperkuat ekonomi kerakyatan dengan berbasis UMKM, koperasi, dan mendorong pemberdayaan pemerintahan desa, lalu program kedelapan yakni "Jatim Amanah" yang bertujuan menyelenggarakan pemerintahan bersih, efektif dan antikorupsi.
Terakhir, program kesembilan adalah "Jatim Harmoni" yakni untuk menjaga harmoni sosial dan alam dengan melestarikan kebudayaan dan lingkungan hidup.
Gus Ipul-Puti Guntur
Pasangan yang menjadi pesaingnya, Gus Ipul dan Puti Guntur sudah menyampaikan ucapan selamat kepada Khofifah-Emil, bahkan Puti telah mendatangi kediaman Khofifah di Surabaya untuk bersilaturahim.
"Saya ucapkan selamat kepada Mbak Khofifah dan Mas Emil. Terima kasih juga sudah ada waktu untuk bertemu dan bersilatuahim," kata Puti, yang merupakan cucu Presiden RI pertama, Bung Karno.
Sedangkan, Gus Ipul justru mengharapkan Jatim semakin sejahtera dipimpin oleh Khofifah-Emil Dardak yang oleh KPU dinyatakan menang Pilkada provinsi setempat 2018.
"Selamat kepada pasangan Khofifah-Emil yang memenangi kompetisi ini, dan kami doakan Jawa Timur semakin sejahtera," katanya.
Wakil Gubernur Jatim dua periode tersebut juga mendoakan Khofifah-Emil sukses dalam bekerja setelah proses pelantikan nantinya, dan berharap kemajuan di bidang ekonominya meningkat serta di sejumlah bidang lainnya.
Gus Ipul, yang juga salah seorang Ketua PBNU itu menegaskan sudah tak ada lagi nomor satu ataupun dua karena semua adalah warga Jatim yang berharap bisa berpartisipasi dalam mengawal proses pembangunan.
Selain itu, proses menang kalah dalam dunia politik bagi dirinya adalah hal yang sudah biasa, terlebih ia pernah menjadi wakil gubernur dua periode, sekaligus menang dua kali di Pilkada.
"Mungkin saat ini belum beruntung. Ya sudahlah, ini adalah ketentuan Allah, kita hanya bisa berikhtiyar. Saya dulu juga pernah menjadi menteri dan pernah pengurus partai. Semuanya sudah biasa dalam dunia politik," katanya.
Usai Pilkada, Gus Ipul kembali beraktivitas sebagai Wakil Gubernur dan belum memikirkan langkah usai tidak menjabat selepas 12 Februari 2019, dan Puti Guntur Soekarno mempersiapkan diri sebagai calon legislator DPR RI.
Sedangkan, Puti Guntur maju sebagai bakal calon legislatif DPR RI dari PDI Perjuangan mewakili daerah pemilihan Jawa Timur 1 yang meliputi Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo.
Dengan masuknya Puti Guntur di Pilkada 2018 maka nama anggota legislatif yang setiap Pemilu berada di dapil Jatim 1, yaitu Guruh Soekarnoputra dialihkan dapilnya.
Kunci Kemenangan Khofifah
Menurut Direktur LSI Network Adjie Alfaraby mengatakan salah satu kunci kemenangan pasangan Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim adalah mampu mengambil suara kaum nasionalis di basis-basis suara.
Berdasarkan pengamatan LSI Network, sosok Emil mampu mengambil suara kaum nasionalis meskipun PDI Perjuangan secara institusi mendukung pasangan Saifullah Yusuf-Puti Guntur Soekarno.
Hal itu, kata dia, mampu menampilkan kombinasi dukungan yang besar yaitu kaum Nahdliyin dari sosok Khofifah dan nasionalis dari Emil sehingga berdampak kemenangan bagi pasangan tersebut.
Pengamat politik lainnya, Airlangga Pribadi yang juga CEO Initiative Institute menyebut ada tiga faktor yang menyebabkan Khofifah-Emil Estianto Dardak unggul di Pilkada Jatim 2018, yakni pertama strategi populisme elektoral langsung menyentuh lapisan terbawah dari pemilih menjadi strategi utama.
Kedua, lanjut dia, pertarungan Pilkada Jatim di tengah popularitas yang optimal antara Khofifah dan Gus Ipul sangat ditentukan oleh perolehan dukungan yang didapat oleh wakilnya Emil Estianto dan Puti Guntur Soekarnoputri.
Ketiga adalah langkah Gubernur Jatim Soekarwo yang pada detik-detik terakhir melansir surat terbuka kepada masyarakat memilih pasangan Khofifah-Emil dengan pertimbangan kapasitas calon.
Baca juga: Sejarah baru kolom kosong menang Pilkada Makassar
Baca juga: Menakar representasi caleg perempuan Sulsel
Pewarta: Fiqih Arfani
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2018