Kami membangun sekolah tersebut dalam jangka waktu dua bulan
Lombok Barat (ANTARA News) - Universitas Indonesia (UI) bersama dengan para donatur telah menyelesaikan pembangunan Sekolah Indonesia Cepat Tanggap di Desa Kerandangan, kawasan wisata Senggigi, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.
Acara peresmian sekolah tersebut dilakukan oleh Gubernur NTB Dr Zulkieflimansyah, bersama Dekan Fakultas Teknik UI Dr Hendri DS Budiono, Wakil Ketua PIKK PT PLN (Persero) Noeraini Sarwono mewakili Ketua PIKK PT PLN Vera Sofyan Basir, di Desa Kerandangan, Kabupaten Lombok Barat, Senin.
Hadir juga Regional Manager BFI Finance Wilayah Jawa Timur 2, Bali dan Nusa Tenggara I Kadek Tirtayasa, Ketua Umum ILUNI FTUI Cindar Hari Prabowo, Pembina Fusi Foundation dan Owner Svarga Resort Ghofar Rozaq Nazila, perwakilan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Daerah NTB, dan beberapa perwakilan donatur lainnya.
Dekan Fakultas Teknik UI Dr Hendri DS Budiono, melalui keterangan tertulisnya mengatakan pembangunan sekolah tersebut merupakan inisiatif bersama dari Fakultas Teknik UI, ILUNI FTUI, ILUNI Arsitektur FTUI, dan FUSI Foundation.
"Kami membangun sekolah tersebut dalam jangka waktu dua bulan terhitung sejak peletakan batu pertama pada 6 Oktober 2018 lalu," katanya.
Ia mengatakan sekolah tersebut diperuntukkan bagi Yayasan Riyadlul Wardiyah, terdiri atas satu sekolah TK/RA dan satu sekolah SD/MI.
Sekolah TK/RA merupakan donasi dari Persatuan Isteri Karyawan Karyawati (PIKK) PT PLN Persero Seluruh Indonesia.
TK/RA yang dibangun terdiri dari dua unit ruang kelas yang dilengkapi dengan furnitur, satu unit toilet dengan dua kubikel dan fasilitas cuci tangan, tribun dan selasar, untuk mewadahi sekitar 40 orang siswa.
Hendri menambahkan sekolah SD/MI merupakan donasi dari BFI Finance sebagai donatur utama. SD/MI yang dibangun untuk menampung sekitar 100 orang siswa, terdiri atas empat unit ruang kelas, satu unit perpustakaan dan satu unit ruang guru.
Masing-masing dilengkapi dengan furnitur, berikut selasar, unit toilet dengan dua kubikel dan fasilitas cuci tangan, tribun dan teras untuk wadah ekspresi siswa, serta unit ruang transisi untuk tempat bermain dan berinteraksi.
"Pengadaan kelengkapan sekolah ini juga didukung oleh donasi dari SHERA, Badan Dakwah Islamiyah Pertamina, DAMRI, Svarga Resort, Kompas Gramedia, Avian Paint, Ikatan Arsitek Indonesia Daerah NTB, serta donatur perorangan dan kelompok lainnya," ujarnya.
Ia menyebutkan rancangan Sekolah Indonesia dikerjakan oleh Kelompok Keilmuan Perancangan dari Departemen Arsitektur FTUI yang dipimpin oleh Prof Yandi Andri Yatmo, dan Prof Paramita Atmodiwirjo.
Sekolah Indonesia dirancang dengan berbasis modular dan komponen yang dapat dikonstruksi secara mudah dan cepat.
Sekolah Indonesia terdiri dari unit-unit yang dapat disusun secara plug and play dan fleksibel untuk menyesuaikan dengan kebutuhan dan konteks di setiap lokasi. Sehingga rancangan Sekolah Indonesia diharapkan dapat bersifat cepat tanggap terhadap berbagai kondisi yang membutuhkan di mana pun di seluruh Indonesia.
Sekolah Indonesia, lanjut Hendry, berupaya mewujudkan kesempatan belajar yang terbaik bagi anak Indonesia. Sehingga inisiatif tersebut tidak semata-mata sekedar membangun fisik sekolah, namun membangun ekosistem belajar yang menyenangkan.
Rancangan sekolah sangat berbeda dari susunan tipikal sekolah yang umumnya berupa deretan ruang-ruang kelas yang monoton.
Sekolah Indonesia memiliki unit-unit ruang kelas yang terintegrasi dengan unit-unit ruang terbuka dan lansekap yang ditata secara seksama, untuk mewadahi kegiatan belajar yang bervariasi di dalam maupun di luar ruangan.
"Sekolah Indonesia di Desa Kerandangan diharapkan menjadi sebuah model sekolah cepat tanggap yang dapat dibangun lebih banyak lagi, untuk mewujudkan kesempatan belajar bagi anak-anak yang terkena dampak bencana," kata Hendri.
Baca juga: Iluni UI bangun sekolah tanggap bencana di Lombok
Baca juga: ITB tawarkan konsep desa tahan gempa Lombok
Pewarta: Awaludin
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2018