"Plastik yang berserakan, yang diklaim sebagai penyebab kontribusi sampah di laut, saya kira bisa diambil dan bisa dinilaitambahkan di industri daur ulang khususnya dan ini bisa menciptakan daya saing yang lebih kuat lagi," ujar Taufik di Tangerang Selatan, Banten, Senin.
Taufik memaparkan, jika sebagian masyarakat menganggap plastik adalah sampah, namun bagi industri, plastik merupakan bahan baku yang dibutuhkan dalam proses produksi.
"Plastik ini buat industri adalah bahan baku. Jadi, kalau melihat plastik ini sebagai sampah, tentunya opininya yang berkembang seperti saat ini. Tapi, kalau melihat sebagai bahan baku maka ada nilai ekonomi di dalamnya," ungkap Taufik.
Potensi ekonomi tersebut, lanjut Taufik, harus diambil oleh Indonesia, sehingga dapat menghasilkan devisa dan investasi di sektor industri daur ulang.
Taufik menambahkan, nilai ekonomi tersebut, juga akan mendatangkan manfaat bagi masyarakat.
"Jadi kita bisa mengambil sisa-sisa plastik yang beredar di masyarakat, bisa diolah kembali, sehingga menghasilkan nilai tambah ekonomi," ungkap Taufik.
Untuk itu, perlu satu edukasi yang kuat kepada masyarakat agar sampah plastik dari rumah tangga dapat terkumpul di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), untuk kemudian dapat dipungut pemulung dan dikumpulkan di pengepul untuk diolah kembali.
Dalam hal ini, kontribusi dan kesadaran masyarakat sangat penting, sehingga sampah yang dihasilkan dari rumah tangga tidak lari ke tempat yang tidak seharusnya, misalnya ke laut, sehingga dapat didaur ulang kembali.
Baca juga: Kemenperin minta cukai plastik dikaji mendalam
Baca juga: Mendagri instruksikan jajarannya kurangi sampah plastik
Baca juga: Kota Bogor resmi larang kantong plastik
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2018