Rupiah mengalami depresiasi, faktor ketegangan perdagangan Amerika Serikat (AS) dengan China masih membayangi pelaku pasar uang di dalam negeri,

Jakarta (ANTARA News) - Pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin sore ini tertekan sebesar 67 poin ke posisi Rp14.549 dibandingkan sebelumnya Rp14.482 per dolar AS, sebagai imbas kekhawatiran pelaku pasar pada ketegangan perdagangan Amerika Serikat (AS) dan China.

"Rupiah mengalami depresiasi, faktor ketegangan perdagangan Amerika Serikat (AS) dengan China masih membayangi pelaku pasar uang di dalam negeri," kata Kepala Riset Monex Investindo futures Ariston Tjendra di Jakarta, Senin.

Ia mengatakan pasar kembali khawatir menyusul penahanan kepala keuangan Huawei Technology Meng Wanzhou oleh AS, karena dapat menambah tensi hubungan dagang kedua negara.

Kendati demikian, menurut dia, pelemahan rupiah relatif terbatas mengingat outlook kenaikan suku bunga Federal Reserve (Fed) yang cenderung tidak agresif pada 2019 mendatang, setelah data upah non-pertanian (non-farm payroll/NFP) AS di bawah perkiraan.

Pengamat pasar uang dari Bank Woori Saudara Indonesia Rully Nova mengatakan fluktuasi rupiah relatif masih stabil, apalagi pemerintah terus berupaya menjaga stabilitas mata uang domestik melalui berbagai kebijakannya.

"Pemerintah telah mengeluarkan sejumlah kebijakan agar stabilitas rupiah tetap terjaga," katanya.

Stabilitas rupiah yang terjaga, lanjut dia, akan memberikan kepercayaan bagi investor untuk kembali menanamkan investasinya di Indonesia.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari ini (10/12), tercatat mata uang rupiah menguat menjadi Rp14.517 dibanding sebelumnya (7/12) di posisi Rp14.539 per dolar AS.

Baca juga: Dibayangi sentimen negatif eksternal, rupiah melemah ke Rp14.508

Baca juga: Menkeu serukan sinergi APBN-APBD, cegah dampak negatif global

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018