"Konsepnya dengan pemberdayaan melalui lintas kementerian ini, warga desa yang mendapat program bantuan listrik bisa mengembangkan ekonominya masing-masing," tutur Direktur Bioenergi Ditjen EBTKE Kementerian ESDM Adrian Febi Misna di Jakarta, Senin.
Sejak 2011, Ditjen EBTKE telah memasang lebih dari 900 pranata elektrifikasi "offgrid" di wilayah dan desa tertinggal melalui program pendanaan khusus.
Namun yang terjadi di lapangan, katanya melanjutkan, muncul masalah keberlanjutan karena warga desa tidak mampu mengelola dan merawat pranata yang diberikan tersebut.
"Masalahnya beragam, tapi garis besarnya karena kurang mampunya warga untuk merawat pranata karena dana yang kurang," pungkas Febi.
Oleh karenanya Ditjen EBTKE serta sejumlah kementerian ingin mengupayakan sebuah cara agar warga desa bisa memanfaatkan kehadiran energi di wilayah mereka untuk mengembangkan potensi ekonomi.
Jika ekonomi sudah bisa berkembang, maka desa juga bisa mengelola aset elektrifikasi mereka sehingga bisa digunakan dalam jangka waktu yang lebih lama.
Berdasarkan temuan Ditjen EBTKE di lokasi, perangkat elektrifikasi yang diberikan kebanyakan telah rusak atau dibiarkan tidak terurus karena warga tidak memiliki biaya untuk melakukan perawatan.
"Kita harap dengan koordinasi antar-instansi ini bisa menyelesaikan masalah tersebut, warga secara swadaya punya kemampuan untuk membayar perawatan dan selanjutnya lebih mudah mengembangkan ekonomi mereka," katanya.
Baca juga: PJU tenaga surya tingkatkan nilai tambah daerah pariwisata Labuan Bajo
Baca juga: Berganti ke energi bersih munculkan lapangan kerja
Baca juga: 300 titik PJU tenaga surya siap dibangun di Kabupaten Takalar
Pewarta: Roy Rosa Bachtiar
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2018