"Kita memulai digital inklusif untuk mengurangi gap teknologi dengan memulai merilis desa digital di Kabupaten Indramayu yang ekonomi utamanya dibidang perikanan," katanya di Indramayu, Senin.
Emil sapaan akrab Ridwan Kamil mengatakan Desa Puntang di Indramayu ini menjadi percontohan pertama nasional melakukan perubahan dari konvensional ke digital.
Menurut Emil, rata-rata masyarakat yang berada di Desa Puntung itu, merupakan pembudidaya ikan lele dan melalui kampung perikanan digital ini, nantinya mereka lebih mudah lagi saat membudidayakan ikan.
"Karena dengan `efishery` yang tadinya menggunakan tangan (pemberian pakan ikan), tapi bisa menggunakan teknologi dan diatur melalui ponsel," kata Emil.
Dia menambahkan dengan menggunakan teknologi itu, nantinya para pembudidaya ikan lele bisa panen maksimal enam kali dalam satu tahun dan itu tentunya meningkatkan pendapatan para pembudidaya perikanan, karena sebelumnya dalam satu tahun hanya bisa memanen ikan tiga sampai empat kali saja.
"Dengan menggunakan teknologi bisa panen mencapai enam kali yang biasanya hanya tiga sampai empat kali. Program kampung perikanan digital tersebut diprediksi bisa meningkatkan produksi ikan lele di Desa Puntang.
Emil menargetkan produksi ikan lele di Indramayu bisa meningkat, yang sebelumnya Rp1 triliun menjadi Rp2 trilun per tahunnya.
"Saat ini pertahunnya Rp1 triliun, kita prediksi bisa meningkat Rp 2 triliun. Kita akan lihat dan evaluasi, bisa mencapai target tidak, warga desa tidak perlu hijrah ke kota, karena negara akan turun untuk membantu peradaban digital di desa-desa," katanya lagi.
Baca juga: Jabar dapatkan bantuan 165 kapal perikanan dari KKP
Baca juga: Kebutuhan ikan tinggi, KKP dorong ekspor lele
Baca juga: Mahasiswa UII kembangkan alat pakan ikan otomatis
Pewarta: Khaerul Izan
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2018