Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah Selasa pagi melemah setelah pekan lalu menguat hingga di bawah Rp9.400 per dolar AS, karena pelaku berspekulasi membeli dolar AS. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS turun menjadi Rp9.389/9.391 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.379/9.387 per dolar AS atau melemah 10 poin. Spekulasi beli dolar AS oleh pelaku pasar relatif kecil, karena mereka menunggu hasil pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) AS yang akan mengumumkan indikator ekonomi AS dan tingkat suku bunga Fed Fund, kata Analis Valas PT Bank Niaga Tbk, Noel Chandra. Dikatakannya pelaku pasar optimis bank sentral AS, The Fed, akan menurunkan suku bunganya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang makin melambat. Namun penurunan suku bunga itu akan mengurangi kepercayaan investor terhadap AS untuk menginvestasikan dananya di negara tersebut, katanya. Kondisi ini, menurut dia, mengakibatkan dolar AS makin terpuruk terhadap mata uang utama Asia lainnya yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi AS terus melambat. Bahkan sejumlah negara-negara Asia yang mengekspor produksi mereka ke AS khawatir bahwa pendapatannya akan berkurang dengan makin melambatnya perekonomian AS itu, katanya. Jadi, lanjut dia, merosotnya rupiah terjadi hanya sementara saja, karena peluang untuk menguat terbuka lebar setelah bank sentral AS menurunkan suku bunganya. "Kami optimis rupiah akan kembali menguat yang didukung pula oleh masuknya dana asing ke pasar domestik," katanya. Sementara itu, dolar AS terhadap yen stabil pada 115 yen, pondsterling melemah 0,1 persen jadi 1,9925 dan terhadap yen jadi 229,10 yen, euro terhadap dolar AS jadi 1,3869 dan terhadap yen jadi 159,45. Faktor utama melemahnya rupiah, karena pasar saham regional cenderung melemah dan menguat harga minyak mentah dunia yang mencapai 81 dolar AS, kata Noel Chandra. (*)
Copyright © ANTARA 2007