Rejang Lebong, Bengkulu (ANTARA News) - Bunga kibut atau bunga bangkai ukuran mungil (ammorphopallus paeoniifolius) mekar di areal persawahan di Desa Rimbo Recap, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu, sejak dua hari belakangan.

Bunga kibut mungil atau sering juga disebut "suweg" oleh masyarakat Jawa ini tumbuh di pinggiran sawah tepat disebelah pagar bambu depan rumah Dedek di gang Pemakaman Dusun Ciraos, Desa Rimbo Recap, Kecamatan Curup Selatan.

"Sudah mekar sejak dua hari lalu, saat baru mekar tercium bau bangkai dan setelah kami periksa ternyata dari bunga itu," ujar Ema (40) yang rumahnya bersebelahan dengan rumah Dedek, saat ditemui, Sabtu.

Bunga kibut kecil itu kemudian diabadikan oleh anak Ema dan tetangga dan kemudian diunggah ke media sosial, sehingga beberapa saat kemudian banyak yang datang ke tempat itu untuk melihat bunga yang banyak tumbuh di Rejang Lebong tersebut.

Berdasarkan pengakuan Ema, sejak dua tahun tinggal di tempat itu dirinya baru kali ini mendapat bunga bangkai ukuran kecil. Ia selama ini hanya tahu bunga bangkai berukuran besar dan tinggi saja.

Sementara itu, Sukasmir (60) warga Dusun Ciraos lainnya mengatakan, bahwa bunga bangkai mungil seperti itu sudah sering mekar di wilayah tersebut sejak 10 tahun lalu. Tanaman itu tumbuh dan mekar di pinggiran sawah atau halaman rumah warga setempat.

"Bunga bangkai itu kalau orang Sunda menyebutnya Suweg. Bunga itu sudah sering mekar di sini, dan di Desa Rimbo Recap ini selain bunga bangkai kecil juga sering tumbuh jenis yang besar dan tinggi," ujarnya.

Sebelumnya petugas Pelindung Ekosistem Hutan (PEH) Kantor BKSDA Seksi Konservasi Wilayah I Bengkulu-Lampung, Ayu Pratidina menyebutkan bunga kibut mungil (ammorphopallus paeoniifolius) itu masuk dalam keluarga talas-talasan, dan biasanya akan mekar dalam kurun waktu 1-2 tahun sekali.

Tanaman itu dapat tumbuh subur di wilayah Kabupaten Rejang Lebong, dan hampir semua wilayah bisa tumbuh. Tanaman ini kerap ditebang warga karena dianggap hanya menjadi hama di kebun dan bunga biasa.

Pewarta: Nur Muhamad
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018