Jakarta (ANTARA News) - Arsitek Yu Sing mengatakan untuk membumikan dan melakukan arsitektur yang tanggap bencana perlu dukungan kebijakan nasional sehingga akan diimplementasikan secara menyeluruh di Tanah Air.
"Kalau mau dampaknya sangat besar harus ada kebijakan pemerintah memang jadi supaya berlaku secara nasional dan mengembalikan kesadaran, paradigmanya dulu," kata Yu Sing, Jakarta, Jumat.
Pria yang merupakan lulusan Institut Teknologi Bandung itu mengatakan kebijakan nasional itu akan mendukung terlaksananya pembangunan rumah rakyat yang tahan terhadap bencana seperti gempa bumi dengan menggunakan material dan struktur tahan gampa seperti kayu dan bambu.
Selain itu, arsitektur yang tanggap bencana tidak hanya sekadar dilakukan oleh satu atau dua orang tapi masyarakat harus memahami pentingnya arsitektur yang tanggap bencana di mana mereka tinggal di negeri yang rawan bencana.
"Kita kasih contoh kita bangun bukan wacana tapi kita membuat bergantung pada alam, kita hidup di dalamnya dan kita menyebar ini semua gitu bahwa hidup bersama alam itu menyenangkan," ujarnya.
Contoh paling sederhana, datangi resort-resort termahal di seluruh dunia di Indonesia pasti material lokal dari alam dan beritakan kepada masyarakat lokal bahwa itu bisa dijual sangat mahal.
"Kalau tidak terkena bencana kayak Lombok kemarin belum tentu mereka mau buat rumah dari bambu," lanjutnya.
Untuk itu, pembangunan kesadaran masyarakat harus dilakukan dengan baik dan optimal.
"Kalau paradigmanya belum berubah bahwa kita harus terus menerus melawan kondisi material alami, rumah alami itu tidak layak maka akan sangat lambat perubahannya. Maka harus mengakui rumah alami adalah rumah yang layak dan kita harus mengembalikan itu dan mengelola itu semua," tuturnya.*
Baca juga: Warga Sembalun Lombok terdampak gempa bangun rumah kayu
Baca juga: Kementarian PUPR akan bangun Rumah Instan di Sulteng
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018