"Banyak kota-kota kita sudah sangat kurang resapan, kurang ruang hijau sehingga rawan banjir," kata arsitek Yu Sing yang lulusan ITB di Jakarta, Jumat.
Dia mengatakan untuk mengembalikan kota-kota tersebut menjadi kembali hijau sangat sulit karena keterbatasan lahan maka alternatif lain dapat dilakukan dengan menyediakan ruang di bawah bangunan agar air teresap ke tanah.
"Karena air tetap perlu ruang maka kita bisa sebanyak mungkin bangun bangunan panggung," katanya.
Menurut dia, suatu bangunan yang memenuhi lahan hingga 60 persen, jika dijadikan bangunan panggung, maka lahan di bawah bangunan tersebut bisa menambah lahan resapan sehingga diharapkan bisa mengurangi dampak banjir.
Dia mengatakan, model rumah panggung telah dia bangun di satu rumah di daerah Kelapa Gading. "Rumah itu dibangun dengan ruang kosong setinggi 60 cm tapi rumahnya naik 80-90 cm dari jalan sehingga air tidak masuk ke dalam rumah jika curah hujan tinggi, tapi ke ruang itu."
Ia juga menuturkan taman kota di Indonesia belum menjadi taman hujan karena taman kota di Indonesia kebanyakan berada lebih tinggi dari jalan, sehingga air yang melimpas dan mencari celah ke bawah tanah tidak mengalir ke taman dan meresap ke tanah, tapi hanya masuk ke saluran, padahal saluran ketika hujan cepat penuh dan bisa meluap.
Selain itu, ketika curah hujan tinggi, tanah di bagian atas permukaan taman tergerus hujan dan justru menyumbat lubang-lubang air tempat air hujan mencari celah resapan.
Sebaiknya, lanjut dia, taman sedikit direndahkan dibanding jalan, agar bisa menampung air hujan untuk diresapkan ke tanah, katanya.
Baca juga: UI pamerkan arsitektur tradisional rumah panggung
Baca juga: Jakarta rentan banjir karena keterbatasan resapan
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018