"Revolusi Industri 4.0 tidak hanya mendekati tetapi sudah terjadi dan menjadi bagian dari kehidupan kita. Pertanyaannya adalah bagaimana kita di sektor pendidikan, mulai dari guru, kepala sekolah, dinas pendidikan, pemerintah pusat dan daerah, serta pemangku kepentingan lainnya agar dapat menyesuaikan dengan perubahan zaman yang cepat,” katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Antara di Jakarta, Jumat.
Beberapa materi yang disampaikan narasumber menghasilkan kesimpulan antara lain, proses dan model belajar perubahan di dalam era Pendidikan 4.0 dengan model bermain, belajar dan bekerja terjadi di dalam satu waktu yang sama, kemudian mengenalkan gamifakasi, e-commerce, virtual, dan belajar dari dunia maya. Proses belajar mengajar yang diterapkan menjadi lebih personal dan sosial dengan menggunakan digital dan konten visual.
Kesimpulan lain yaitu strategi dan teknik belajar harus fokus pada pelajar dengan memanfaatkan teknologi digital, dan menggunakan pendekatan inovatif. Oleh karena itu, kedua belah pihak, guru dan pelajar harus melek digital/infnormasi, melek teknologi, termasuk melibatkan peran masyarakat, dan orang tua di dalam pendidikan universal. Kesadaran keamanan dalam penggunaan internet harus disampaikan kepada guru dan siswa;
Selain itu keterampilan dasar TIK harus diajarkan di tingkat dasar. Dan TIK ini harus memiliki peran dalam memperkuat keterampilan sains, teknologi, permesinan (engineering), dan matematika (STEM).
Terkait peta jalan pendidikan, maka Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi harus difokuskan pada transformasi digital sejalan dengan Revolusi Industri 4.0. Kesadaran harus dibangun di antara semua pemangku kepentingan tentang peluang baru dalam menciptakan pekerjaan baru selama Revolusi Industri 4.0.
Selain soal iptek, proses belajar juga perlu menanamkan karakter berdasarkan visi nasional dan global serta sesuai dengan Pancasila. Pembentukan karakter ini harus mencakup bagaimana pemuda mengatasi perubahan zaman, meningkatkan kebanggaan individu sebagai warga negara Indonesia, serta memasukkan nilai-nilai agama, spiritualitas, kearifan lokal.
Sedangkan untuk rekomendasi untuk sektor industri mandiri, yakni menyediakan tanggung jawab sosial perusahaan yang lebih sesuai, membuka peluang untuk magang, berpartisipasi dalam menyediakan fasilitas TIK yang dapat dimanfaatkan untuk siswa dan guru.
"Pada sesi terakhir ISODEL, kami memiliki beberapa rekomendasi yang telah disajikan. Kami sepenuhnya sadar bahwa semua itu bukanlah solusi menyeluruh untuk menyiapkan pendidikan di revolusi industri 4.0 yang kita butuhkan. Namun berguna bagi guru, penceramah, akademisi, praktisi, pembuat kebijakan, sektor swasta serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, khususnya Pustekkom,” kata Gogot.
Baca juga: 40 persen guru yang siap dengan teknologi
Baca juga: Kemendikbud akan cantumkan portfolio siswa dalam catatan akademik
Baca juga: Pentingnya kurikulum robotik untuk hadapi industri 4.0
Baca juga: Pemerintah fokus bangun pendidikan vokasi sambut industri 4.0
Pewarta: Indriani
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2018