Diharapkan the Fed tidak menaikkan suku bunga secara agresif pada 2019 sehingga peluang rupiah melanjutkan penguatan kembali terbuka

Jakarta (ANTARA News) - Pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat sore ini terapresiasi sebesar 42 poin ke posisi Rp14.482 dibandingkan sebelumnya Rp14.524 per dolar AS.

Pengamat pasar uang dari Bank Woori Saudara Indonesia Rully Nova di Jakarta, Jumat mengatakan data cadangan devisa Indonesia yang meningkat menjadi faktor positif bagi pergerakan rupiah di pasar valas domestik.

"Data ekonomi internal menopang pergerakan rupiah, mengingat situasi di eksternal cukup penuh ketidakpastian," ujarnya .

Berdasarkan data Bank Indonesia, posisi cadangan devisa Indonesia tercatat 117,2 miliar dolar AS pada akhir November 2018, meningkat dibandingkan dengan 115,2 miliar dolar AS pada akhir Oktober 2018.

Menurut Rully, meningkatnya cadangan devisa itu maka stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan Indonesia cukup terjaga, yang akhirnya dapat mendorong investasi asing masuk ke dalam negeri.

Ia juga mengatakan, apresiasi rupiah juga disebabkan sebagian pelaku pasar yang mengambil posisi ambil untung mengingat dolar AS telah mengalami apresiasi cukup tinggi dalam beberapa hari terakhir ini.

Pada pekan depan, lanjut dia, pergerakan rupiah akan dibayangi oleh pertemuan the Fed. Sedianya the
Fed akan mengadakan pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada 18-19 Desember mendatang.

"Diharapkan the Fed tidak menaikkan suku bunga secara agresif pada 2019 sehingga peluang rupiah melanjutkan penguatan kembali terbuka," katanya.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari ini (6/12), tercatat mata uang rupiah melemah menjadi Rp14.507 dibanding sebelumnya (5/12) di posisi Rp14.383 per dolar AS.

Baca juga: Rupiah menguat, cadangan devisa naik dua miliar dolar pada November
Baca juga: Analis: Rupiah masih berpeluang melemah

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2018