Tanjung Balai mendapat skor 2.81, Banda Aceh 2.83, Jakarta 2.88."

Jakarta (ANTARA News) - Setara Institute menyebutkan ada 10 kota yang paling toleran 2018 berdasarkan hasil penilaian indeks kota toleran (IKT) dari 94 kota yang dilakukan penilaian.

"Kota dengan peniliaian IKT tertinggi adalah Kota Singkawang, Kalimantan Barat dengan skor 6.513," kata Ketua Setara Institute, Hendardi saat memaparkan hasil penilaiannya di Jakarta, Jumat.

Sementara sembilan kota lainnya, yakni Salatiga (6.447), Pematang Siantar (6.280), Manado (6.030) Ambon (5.960), Bekasi (5.890), Kupang (5.857), Tomohon (5.833) Binjai (5.830) dan Surabaya (5.823).

Menurut Hendardi, Kota Singkawang dinilai paling sukses menerapkan toleransi bahkan sampai RPJMD dan produk hukum lainnya.

Sementara kota yang paling rendah tolerannya atau urutan 94 adalah kota Tanjung Balai, Sumatera Utara.

Adapun sembilan kota lain yang dinilai minim toleransi adalah Banda Aceh, Jakarta, Cilegon, Padang, Depok, Bogor, Makassar, Medan dan Sabang.

"Tanjung Balai mendapat skor 2.81, Banda Aceh 2.83, Jakarta 2.88," kata Hendardi.

Menurut dia, penilaian IKT bertujuan mempromosikan kota-kota yang mampu mengedepankan toleransi di Indonesia, sehingga bisa memincu kota lain mengembangkan toleransi.

Setara menyusun peringkat kota paling toleran berdasarkan praktik-praktik toleransi di kota-kota di Indonesia. Ada 94 kota yang diperiksa tingkat toleransinya.

Beberapa poin yang diamati ialah kebebasan beragama/berkeyakinan, kesetaraan gender, dan inklusi sosial dijamin dan dilindungi UU. Selain itu pernyataan dan tindakan aparatur pemerintah kota terkait toleransi juga diperhatikan.

Adapun IKT 2018 merupakan kali ketiga yang digelar Setara Institute. Dibanding IKT tahun lalu, terjadi perubahan signifikan pada komposisi kota yang masuk skor tertinggi.

Hal ini ditunjukan dengan masuknya kota Ambon, Bekasi, Kupang, Tomohon dan Surabaya dalam 10 teratas kota paling toleran.

Di tempat yang sama, Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Tjahjo Kumolo pun mengapresiasi penghargaan yang diselenggarakan Setara Institute.

"Saya apresiasi penghargaan kota toleran ini, karena dampaknya bagus," katanya.

Menurut Tjahjo, masalah toleransi jadi hal yang penting di Indonesia karena Indonesia tengah menghadapi tantangan berupa radikalisme dan terorisme.

"Ini penting sekali tantangan bangsa ini bukan masalah sandang, papan, pangan. Itu selesai lah. Kuncinya adalah tantangan masalah radikalisme dan teroris. Ini ancaman bangsa paling berat sekali," paparnya.

Ia menambahkan, persoalan radikalisme bukan saja tanggung jawab TNI dan Polri saja, melainkan seluruh komponen masyarakat Indonesia.

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018