Jakarta (ANTARA News) - Perang tarif di bisnis transportasi daring saat ini dimulai oleh Grab berupa penerapan strategi tarif sangat rendah ke konsumen dan banjir promo.
"Grab punya andil sebagai yang memulai perang tarif ini. Jadi, tidak bisa lepas tangan begitu saja. Kenaikan angka pengguna Grab sangat dipengaruhi oleh tarif yang terlampau murah dan banjir promo," kata pengamat transportasi dari teknologi komunikasi dan informasi (information and communication technology/ICT) Heru Sutadi.kepada wartawan di Jakarta, Jumat.
Menurut Heru, perusahaan asal Malaysia ini memang sempat menggencarkan promo tarif Rp1 demi menjaring pengguna dan menantang Go-Jek di pasar Indonesia.
Sampai akhirnya, kata Heru, Go-Jek merespon tindakan Grab tersebut dengan ikut melakukan penyesuaian tarif dan memberikan promo.
Bagi Heru, tindakan Go-Jek merupakan hal yang wajar terjadi dalam urusan persaingan bisnis.
"Kalau Go-Jek melakukan penyesuaian tarif, itu karena Grab melakukan hal tersebut terlebih dahulu. Wajar saja, jadi tak perlu ada kritik," ujar dia.
Dalam persaingan ini, kata Heru, tarif yang kompetitif cuma merupakan satu dari tiga komponen upaya menjaring lebih banyak pengguna.
Masih ada dua komponen penentu lainnya, yaitu layanan berkualitas dan kelengkapan layanan dalam satu aplikasi.
Ketiga aspek itu saling berkaitan erat dalam upaya menggaet konsumen lebih banyak lagi.
Hanya, kata Heru menegaskan, strategi penerapan tarif murah untuk konsumen juga harus tetap memperhatikan kesejahteraan mitra pengemudi sebagai pilar di bisnis ini.
Jangan sampai mitra pengemudi malah menjadi pihak yang paling rugi.
"Harus ada jaminan kesejahteraan. Selama ini, kita melihat investasi ke Grab cukup besar, tapi seperti tidak menetes ke pengemudinya. Makanya sampai terjadi demo dan migrasi pengemudi," kata Heru.
Heru melanjutkan, fenomena migrasi mitra pengemudi Grab ke Go-Jek sangat dipengaruhi oleh persoalan kemampuan perusahaan memberikan kenyamanan dan jaminan kesejahteraan.
Menurut Heru, selain soal tarif dan insentif untuk mitra pengemudi Grab terlampau rendah, layanan Go-Jek jauh lebih banyak dan populer guna membantu mendongkrak pendapatan lebih layak.
"Kita semua tahu, popularitas Go-Food dan Go-Send serta skema top up Go-Pay sebagai opsi tambahan pendapatan, belum bisa disaingi oleh Grab. Ini jelas menjadi daya tarik untuk mendapatkan kesejahteraan yang lebih layak," ujar Heru.
Sebelumnya, Managing Director Grab Indonesia Rizki Kramadibrata mengkritik penyesuaian tarif yang dilakukan oleh Go-Jek.
VP Corporate Affairs Go-Jek Michael Say merespon kritik tersebut dengan menyatakan bahwa penyesuaian dilakukan justru demi mengikuti kondisi pasar dan menjamin daya saing mitra pengemudi.
Pada kenyataannya, tarif yang diterima mitra pengemudi Go-Jek saat ini justru masih lebih tinggi daripada tarif Grab.
Berdasarkan data perbandingan di lapangan, tarif yang diterima pengemudi Grab adalah Rp1.200 per kilometer untuk perjalanan jarak dekat, sedangkan Go-Jek memberikan tarif Rp1.600 per kilometer.
Baca juga: GARDA sebut Tarif Grab ke pengemudi lebih rendah
Baca juga: Ini alasan pengemudi Grab pindah ke Go-Jek
Baca juga: Migrasi pengemudi Grab diprediksi akan terus terjadi
Pewarta: Edy Sujatmiko
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2018