Teheran (ANTARA News) - Media resmi Iran pada Senin mengecam keras Prancis lantaran setelah menlunya memperingatkan dunia untuk memperkuat diri bagi perang dengan Teheran, dan menuduh Paris mengambil sikap garis lebih keras ketimbang Washington. "Para penguasa baru di Elysee ingin meniru Gedung Putih," kata kantor berita resmi Iran (IRNA) dalam satu berita mengacu dari komentar Istana Presiden Prancis. Kantor berita itu mengatakan bahwa sejak Nicolas Sarkozy menjadi presiden menggantikan Jacques Chirac dan menjalin hubungan lebih erat dengan AS, maka "Ia telah meniru Amerika". "Rakyat Prancis tidak akan pernah melupakan era di mana seorang non-Eropa memasuki Elysee," katanya. Komentar itu muncul setelah Menlu Prancis, Bernard Kouchner, mengatakan bahwa masyarakat dunia harus memperkuat diri bagi satu kemungkinan perang menyangkut sengketa nuklir Iran, kendati pun melakukan usaha bagi satu penyelesaian melalui perundingan-perundingan harus dijadikan prioritas. Sarkozy memperingatkan secara keras bahwa Iran berisiko dibom, jika krisis nuklir itu tidak diselesaikan, dan IRNA menuduh pemerintah Sarkozy melebihi AS dalam urusannya dengan Iran. "Para penguasa Elysee menjadi pelaksana dari keinginan Gedung Putih dan menerapkan sikap lebih keras, bahkan lebih menghasut dan lebih tidak logis ketimbang dari Washington," lapor IRNA. IRNA menuduh Prancis berusaha menghambat perjanjian Iran dengan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) untuk menyelesaikan masalah-masalah penting tentang masalah program nuklirnya. "Kendati pun kasus nuklir itu, berkat tindakan yang dilakukan Iran dan IEAE, hampir diselesaikan, ekstremisme para pemimpin Prancis akan menghambat usaha ini," jelas IRNA. "Para pemimpin baru Prancis sedang berusaha melewati para sahabat penting AS pada saat mitra-mitra Eropa mereka mempertimbangkan tentang sikap yang lunak dan menyambut baik perjanjian bersejarah antara Iran dan IAEA," kata IRNA. AS tidak pernah mengesampingkan menggunakan serangan-serangan militer untuk menghukum Iran karena penentangannya menyangkut masalah nuklir, dan Menteri Pertahanan (Menhan) AS, Robert Gates, pada hari Minggu mengatakan bahwa "semua opsi ada di meja." Iran membantah keras tuduhan-tuduhan AS bahwa pihaknya sedang berusaha untuk memiliki senjata nuklir, dan mengatakan bahwa program nuklirnya bertujuan untuk membantu pengadaan tenaga listrik bagi penduduknya yang terus bertambah, sementara itu cadangan minyak pada saatnya akan habis, demikian laporan AFP. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007