"Kebijakan ini kami ambil untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, dan antisipasi gempa susulan," kata M Amin, seorang guru di SDN 25 Mataram.
Amin mengatakan saat gempa terjadi anak-anak di sekolahnya sedang berada di dalam ruangan mengerjakan soal ulangan semester ganjil. Begitu gempa terasa, anak-anak dan para guru langsung berhamburan keluar ruangan menuju lapangan sekolah.
"Banyak anak-anak yang menagis juga, karena masih trauma kejadian gempa di bulan Agustus lalu," kata Amin.
Ia menambahkan sekolah tidak hanya memulangkan murid lebih awal, namun juga memastikan orangtua atau kerabat menjemput mereka dan memastikan orangtua murid yang tinggal di dekat sekolah sedang berada di rumah.
"Hal itu kita berlakukan untuk memberikan jaminan keamanan dan keselamatan kepada anak-anak," katanya.
Seperti SDN 25 Mataram, sekolah-sekolah lain dari tingkat Taman Kanak-Kanak hingga Sekolah Menengah Atas atau yang sederajat di Kota Mataram juga memulangkan muridnya lebih awal karena gempa.
Gempa berpusat di 23 kilometer barat laut Mataram yang getarannya terasa di sebagian Pulau Lombok dan Bali itu juga membuat mahasiswa yang sedang belajar di Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram berhamburan keluar menuju titik kumpul evakuasi.
Baca juga: Mataram diguncang gempa 5,7 SR
Pewarta: Nirkomala
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018