Batam (ANTARA News) - Senin sore, matahari mengintip di balik awan, puluhan pria dewasa dan anak-anak Batam berkumpul di pantai yang tersebar di penjuru pulau Batam. Mereka bersiap-siap memusing (memutar) gasing. Jika kebanyakan warga kota lain di Indonesia memilih jalan-jalan sore di tempat keramaian untuk menghabiskan waktu menjelang berbuka puasa (ngabuburit), maka warga Batam dan pulau-pulau sekitarnya memilih memusing gasing. Setiap sore kala Ramadhan, sekitar 30 pria dewasa dan anak-anak berkumpul. Menggunakan tali sepanjang 1,5 sampai tiga meter, mereka memutar gasing di atas pasir abu-abu. "Dari pada jalan-jalan menghabiskan uang, lebih baik main gasing," kata Sahruddin (34), warga Bengkong Laut kepada ANTARA di Batam, Senin. Menurut Sahruddin, bermain gasing dapat "membunuh" waktu, hingga tanpa terasa, tiba waktu berbuka puasa. Sahruddin yang sehari-hari bekerja sebagai nelayan, mengatakan ia selalu bermain gasing dari pukul 15.30 WIB hingga menjelang Maghrib. "Kalau bulan puasa, hampir setiap hari anak-anak kampung main gasing," katanya. Senada dengan Sahruddin, pekerja galangan kapal, Darsono (27) mengatakan bermain gasing dapat menghilangkan suntuk dan rasa lapar saat puasa. "Kalau jalan-jalan ke kota, jauh. Belum sampai ke mall, perut sudah tambah perih menahan lapar. Lebih enak main gasing," katanya. Gasing, permainan tradisional masyarakat Melayu dimainkan dengan cara memutar biji gasing yang dililit seutas tali. Biji gasing terbuat dari kayu, berbentuk bulat pipih dengan lempengan besi panjang di bawahnya sebagai landasan berputar. Terdapat dua jenis permainan gasing, yaitu gasing pangkah dan gasing uri. Gasing pangkah dimainkan dengan memutar biji gasing ke arah gasing lawan untuk menghentikan perputaran gasing tersebut. Sedangkan gasing uri dimainkan dengan berlomba-lomba paling lama memutar gasing. "Kalau di sini, lebih sering main gasing pangkah, lebih seru," kata Darsono. Berbagai strategi dipergunakan para pemain untuk menjatuhkan gasing lawan. Begitupun sebaliknya, mereka kerap memeriksa biji gasing yang dimiliki memastikan ketahanannya berputar lebih lama. Tak terasa, langit semakin memerah. Matahari berjalan pulang menuju peraduannya. Para muazin pun telah bersiap diri mengumandangkan Azan Magrib, tanda berbuka puasa. Para pria dewasa dan anak-anak kembali ke rumah masing-masing, mengakhiri pusingan gasing hari ini.(*)
Pewarta: Oleh Yunianti Jannatun Naim
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007