Padang (ANTARA News) - Tak biasanya Zikiano Diofato (2 bulan) menangis dengan suara melengking berulang-ulang, terkadang ia terlihat begitu gelisah sehingga menarik perhatian anggota keluarga dan juga sejumlah tetangganya.
Murni (60 tahun), nenek Dio yang memiliki 15 cucu itu ikut membujuknya agar si bayi segera berhenti menangis, namun tetap saja tangis bayi mungil itu semakin keras.
Tari (23 tahun), ibu kandung Dio, menyatakan sempat bingung melihat kelakuan bayinya itu dan bertanya-tanya penyebabnya, soalnya ketika itu badan buah hatinya itu tidak panas, perutnya pun tidak kembung.
"Cup-cup sayang ini ibu," bujuk Tari sambil menggendong anaknya ketika bercerita tentang ulah anaknya itu yang belakangan diyakini sebagai isyarat bakal terjadinya musibah besar di kampungnya.
Menurut tetangga Tari, Bariah (50 tahun), Dio menangis dua hari berturut-turut sebelum gempa beruntun mengguncang daerah itu.
"Kami juga heran, bayi lucu itu tidak seperti biasanya gelisah dan menangis dengan suara lengking," kata Bariah.
"Saya sempat curiga, dan bertanya-tanya biasanya anak-anak lebih tahu tentang peristiwa yang bakal terjadi," katanya.
Tiba-tiba Rabu (12/9) sore itu warga yang bermukim di sepanjang jalan raya Padang-Bengkulu, 234 kilometer dari Lunang Pessel panik, ketika gempa berkekuatan 7,9 SR mengguncang kampungnya.
Semua warga berhamburan keluar rumah, dan hanya beberapa detik saja seluruh bangunan seketika hancur bahkan rata dengan tanah.
Trauma masih menggigit mereka ketika esok paginya gempa kedua kembali mengejutkan.
"Saya tidak bisa berbuat apa-apa gempa telah meluluhlantakkan semuanya, kaki ini terasa kaku dan tidak ada lagi yang tersisa, rumah kami hancur tidak bisa dihuni," kata Bariah berlinang air mata.
Anehnya ketika gempa itu terjadi Dio sama sekali tidak menangis, wajah bersih dan polos Dio tampak begitu tenang sehingga turut mendorong semua korban agar bersikap tabah.
Berkat ketenangan Dio, membuat Sukitan (70), kakek Dio, dan Sugiyono (26) makin terdorong sabar dan tabah menerima musibah tersebut.
"Ketika melihat Dio tenang, tak pernah lagi gelisah dan menangis, kami justru ikut tenang dan tabah," kata Sugiyono sesekali menggendong anaknya itu dengan penuh kasih sayang.
Kini Dio dan pengungsi lainnya masih bertahan tidur di bawah tenda darurat karena rumahnya tidak bisa lagi dihuni.
Butuh Tenda
Korban gempa beruntun yang mengguncang Kabupaten Pessel, Sumatera Barat, itu kini membutuhkan sebanyak 2.000 unit tenda, selimut, tikar dan pakaian guna melindungi diri dari serangan penyakit.
"Tenda yang sudah dibagikan dari Depsos Pesel dan Pemprov Sumbar sebanyak 300 unit dan sisanya diupayakan pengungsi dari swadaya dan bantuan tetangga dan masyarakat" kata Bupati Pesisir Selatan Nasrul Abit.
Pascagempa beruntun, sebanyak 7.000 ribu kepala keluarga kehilangan tempat tinggal.
Menurut Nasrul Abit tercatat 4.900 unit rumah, kantor dan bangunan fasilitas umum rusak dan pengungsi masih bertahan tidur di luar rumah atau di bawah tenda.
"Kita menetapkan sebulan masa tanggap darurat dengan perpanjangan 17 hari, pengungsi tetap diimbau waspada terkait gempa susulan yang masih terjadi dan cukup berisiko untuk kembali ke rumah masing-masing," katanya.
Pengungsi disarankan tidur di bawah tenda darurat guna menekan korban jiwa.
"Korban jiwa tidak ada pascagempa ini, yang meninggal seorang itu akibat serangan jantung bukan akibat gempa langsung," katanya.
Mengenai rumah korban yang membutuhkan perbaikan secepatnya, Nasrul mengaku bahwa karena mereka tidur di bawah tenda darurat maka membutuhkan selimut hangat, tikar, dan pakaian.
Nasrul Abit meminta pemerintah segera menyalurkan bantuan dalam bentuk uang tunai.
"Kita lebih memilih bantuan uang tunai, bukan material bangunan agar masyarakat bisa langsung memanfaatkan uang tersebut untuk kebutuhan bahan bangunan rumahnya dan kebutuhan lainnya," katanya.
Pemerintah Kabupaten Pessel telah menyalurkan 27 ton beras untuk pengungsi dari 100 ton plafon yang diberikan Pemrov Sumbar.
"Kita baru menarik 50 ton beras di antaranya 27 ton sudah disalurkan, sisanya segera diminta lagi untuk segera didistribusikan bagi pengungsi, terutama pada daerah-daerah yang belum terjangkau,"
katanya.
Bantuan yang sudah mengalir di antaranya berupa tenda beras dan kain sarung dari Pemprov Sumbar, serta uang.
"Bantuan uang dari Pemprov Sumbar digunakan untuk membeli sembako, belum untuk material bangunan," tambahnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumbar Rosnini Syafitri mengatakan, pihaknya sudah menyiagakan posko pelayanan kesehatan darurat dengan obat-obatan mencukupi.
"Kita telah menyiagakan 322 unit puskesmas keliling untuk melayani pengungsi terutama anak-anak," katanya.
Puskesmas keliling lebih diintensifkan, karena 19 unit puskesmas di daerah itu rusak parah diguncang gempa, sedangkan stok obat mencukupi untuk 18 bulan mendatang guna manangani korban yang mengalami luka dan diserang berbagai penyakit.(*)
Oleh Oleh Frislidia
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007