Manado (ANTARA News) - Beras yang dicampur zat pemutih klorin diduga banyak beredar di Kota Manado dan daerah lainnya di Sulawesi Utara (Sulut) lewat pedagang keliling beras yang langsung menjual pada masyarakat. "Kami mencurigai beras dibeli pada pedagang keliling mengandung zat pemutih, sebab ketika akan dimasak tampak warna putih mencolok tertinggal pada wadah penyaring beras (sosiru)," kata Engelin, warga Kecamatan Tombulu, Kabupaten Minahasa, kepada ANTARA News, di Manado, Senin. Para pedagang tersebut tidak menjual secara eceran, tetapi menawarkan dalam kemasan satu karung dan masih tertutup, dengan harga relatif sama dengan harga berlaku di pasaran bila beli dalam jumlah banyak (grosir). "Pedagang memang tawarkan memeriksa kondisi beras, tetapi hanya dengan cara pakai gancu sehingga tidak dapat melihat keadaan beras secara umum, yang sebenarnya punya kelebihan warna putih," kata Olga, warga Minahasa lainnya. Warga minta agar instansi terkait segera memeriksa gudang pedagang beras di Kabupaten Minahasa dan kabupaten lainnya di Sulut, sebab diduga sengaja mencampur khlorin guna pertahankan kualitas beras sehingga masih laku dijual ke konsumen. Kepala Sub Dinas Perdagangan Dalam Negeri, Disperindag Sulut, Janny Rembet, mengatakan, sudah menerima laporan adanya beras sengaja dicampur zat pemutih itu. Untuk itu pihaknya akan menindaklanjutinya. "Tim akan diturunkan guna menelusuri kemungkinan penggunaan zat pemutih tersebut, bila terbukti memakai bahan kimia berbahaya yang dapat menimbulkan kanker dan gangguan paru-paru serta penyakit lainnya, maka akan diproses hukum," kata Janny. Masyarakat hendaknya menginformasikan asal para pedagang keliling beras itu sehingga mempermudah melacak dimana keberadaan gudang para pedagang pencampur khlorin atau zat pewarna lainnya. Roli, salah seorang petani beras di Tondano, Minahasa, mengatakan, kemungkinan pedagang menggunakan pencampur sebab saat panen beberapa bulan silam banyak turun hujan yang menyebabkan terjadinya perubahan warna beras menjadi kekuning-kuningan dan pasti tidak laku di pasaran. "Informasi zat pemutih memang santer terdengar, namun pasti dilakukan pedagang bukan oleh petani," kata Roli.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007