Yogyakarta (ANTARA News) - Gempa bumi yang terjadi di Sumatera dan sebagian Jawa belum lama ini, telah memicu meningkatnya aktivitas Gunung Merapi yang berada di perbatasan wilayah Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Kepala Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, Subandriyo, di Yogyakarta pada Senin mengatakan, pascagempa di Sumatera, aktivitas Merapi meningkat, khususnya guguran awan panas, sedangkan aktivitas lain seperti gas dan deformasi stabil.
Menurut dia, gempa tektoknik yang meningkat tajam dari 12 kali seminggu menjadi 50 kali seminggu, telah mengganggu permukaan Gunung Merapi.
"Sebelum terjadi gempa di Sumatera tersebut, aktivitas Gunung Merapi tercatat menurun meskipun belum berhenti total," katanya.
Berdasarkan pengalaman, peningkatan aktivitas itu hanya bersifat sementara. Jika tidak ada aktivitas baru pada magma di dalam perut gunung maka kondisi itu akan berhenti.
"Kami sudah mengirimkan informasi ini ke Satlak PBA ke pemerintah kabupaten sekitar Gunung Merapi," katanya.
Sementara itu, petugas pos Pengamatan Gunung Merapi (PGM) Kaliurang, Pecut mengatakan, pihaknya mencatat pada 17 September dari pukul 00.00 - 06.00 WIB terjadi sepuluh kali luncuran lava pijar dari puncak yang menuju arah Kali Gendol dengan jarak luncur rata-rata satu kilometer.
Sedangkan guguran tercatat 37 kali, gempa Multiphase empat kali, gempa tektonik empat kali. Pada pukul 09.01 WIB tercatat satu kali luncuran awan panas ke arah kali Gendol, namun jarak luncurnya tidak bisa diamati karena kawasan puncak gunung itu tertutup kabut, katanya.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007