Ukuran korupsi beda dengan ukuran penyakit kanker stadium 1, 2, 3, 4. Ukuran korupsi itu harus dilihat dari Indeks Persepsi Korupsi kita."

Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Laode M Syarif menyatakan ukuran korupsi di Indonesia harus dilihat dari Indeks Persepsi Korupsi (IPK).

"Ukuran korupsi beda dengan ukuran penyakit kanker stadium 1, 2, 3, 4. Ukuran korupsi itu harus dilihat dari Indeks Persepsi Korupsi kita," kata Syarif.

Hal tersebut dikatakannya di sela-sela acara Festival Media Digital Pemerintah "Transparansi Untuk Partisipasi" yang merupakan rangkaian acara Hari Antikorupsi Sedunia (Hakordia) 2018 di Jakarta, Rabu.

Namun, Syarif tidak memungkuri bahwa Indonesia masih merupakan negara korup.

"Tetapi kalau di ASEAN itu kita sudah melebihi Thailand. Kita sudah melebihi Filipina, kita sudah melebihi negara yang lain, kita nomor tiga di ASEAN. Jadi, saya pikir memang korupsi masih banyak, tetapi apakah itu stadium 3 atau 4. Lebih bagus kita pakai standar yang IPK dari pada kita memakai standar yang tidak pernah dipakai untuk mengukur tingkat korupsi suatu negara," kata Syarif.

Sebelumnya, capres Prabowo Subianto mengatakan bahwa korupsi di Indonesia seperti kanker stadium empat.

Dalam acara The World in 2019 Gala Dinner yang diselenggarakan oleh Majalah The Economist di Singapura, Selasa (27/11), Prabowo menyebut Indonesia masuk darurat korupsi karena dari pejabat negara, kalangan anggota dewan, menteri dan hakim tertangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Menurut dia, isu utama di Indonesia saat ini adalah persoalan korupsi yang sudah menjalar ke semua lapisan pejabat sehingga harus segera diatasi.

"Isu utama di Indonesia sekarang adalah maraknya korupsi, yang menurut saya sudah seperti kanker stadium empat," ujar Prabowo.

Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018