"Kami berharap nanti 'gongnya' tanggal 6 Desember itu ada upaya pemerintah membantu pembangunan gedung baru Madrasah Muallimin," kata Ketua Panitia Bidang Reuni Milad 1 Abad Muallimin-Muallimat Eric di Yogyakarta, Selasa.
Dia mengatakan sejak didirikan oleh pendiri Muhammadiyah K.H. Ahmad Dahlan pada 1918, Madrasah Muallimin hanya ada satu di Yogyakarta.
Saat ini, daya tampung madrasah yang berlokasi di Jalan Letjend S Parman Kota Yogyakarta itu, tidak mampu secara optimal mengakomodasi tingginya pendaftar setiap tahun.
Oleh sebab itu, pada acara Milad 1 Abad yang akan dihadiri Presiden Joko Widodo tersebut, diharapkan dapat menjadi momentum merealisasikan rencana pembangunan sekolah terpadu baru Muallimin di Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul.
Eric mengatakan untuk pembangunan gedung madrasah terpadu baru, Muhammadiyah telah menyiapkan lahan seluas enam hektare di Sedayu yang sebagian di antaranya tanah wakaf.
"Buya Syafii (Syaii Maarif, red.) di situ akan menjadi ketua pembangunan. Buya berharap agar ada peran pemerintah dalam pembangunan itu," kata dia.
Koordinator Media dan Humas Milad 1 Abad Muallimin-Muallimat, Rahmat Chairul, mengatakan selain Presiden, sejumlah menteri dari Kabinet Kerja yang dijadwalkan hadir dalam acara itu, di antaranya Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, Menteri BUMN Rini Soemarno.
Ia mengatakan acara Milad 1 Abad Muallimin dan Muallimat Muhammadiyah mengusung tema "Diaspora Kader Lintas Zaman".
Menurut dia, tema tersebut sengaja dipilih sebagai simbol bahwa para santri Muallimin dan Muallimat sebagai kader Muhammadiyah siap berdiaspora melintasi zaman memasuki abad ke-2. "Termasuk menandakan para kader siap go international," kata dia.
Rahmat menyebutkan jumlah santri di Madrasah Muallimin hingga saat ini mencapai 1.351 orang, sedangkan santriwati di Madrasah Muallimat mencapai 1.090 orang yang berasal dari berbagai provinsi di Indonesia.*
Baca juga: Jokowi dijadwalkan hadiri milad Madrasah Muallimin dan Muallimat Muhammadiyah
Baca juga: Cerita Dubes Inggris setelah "nyantri" di Muallimin
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018