Jakarta (ANTARA News) - Dewan Riset Nasional (DRN) menyatakan sebagai negara yang kaya keanekaragaman hayati Indonesia mesti mengembangkan inovasi berbasis biodiversitas untuk memajukan ekonomi.

"Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi baru saja melakukan sebuah skenario baru dalam inovasi dalam memperjuangkan sebuah pemikiran bagaimana inovasi yang kita buat itu bukan dalam hard, barang-barang keras, karena kita memegang 70 persen biodiversitas dunia maka kita membuat inovasi berbasis biodiversitas," kata Ketua DRN Bambang Setiadi dalam Seminar Nasional Pembangunan Berbasis Inovasi di Era Industri 4.0 di Jakarta, Selasa.

Bambang mengatakan Indonesia harus menggencarkan inovasi dalam menghadapi revolusi industri 4.0 dan ke depan harus menjadikan inovasi sebagai penggerak ekonomi.

"Posisi Indonesia di Global Innovation Index sangat lemah karena berada di nomor 85, di bawah Filipina, Vietnam, Malaysia dan Singapura," katanya, menambahkan bahwa di kawasan Asia Tenggara posisi Indonesia dalam hal inovasi hanya lebih tinggi dari Kamboja.

"Pada 2030 Indonesia akan ditagih inovasinya itu melakukan apa," katanya.

Dia mengatakan DRN memahami inovasi dengan mempelajari dua skema, pertama inovasi merupakan bagian dari mengayomi ilmu pengetahuan dan teknologi tapi juga merupakan bagian dari pembangunan berbasis ekonomi, kedua inovasi adalah semua temuan dan riset yang jika gagal dipasarkan maka tidak berhak disebut sebagai inovasi.

Bambang mengatakan DRN telah melakukan upaya komersialiasi invensi Indonesia yang berbasis sumber daya alam ke luar negeri, dan terus mendorong lebih banyak inovasi dikomersialisasikan.

"Semua negara sudah membuktikan inovasi adalah bagian dari skenario strategi ekonomi pembangunan setiap pemerintahan," katanya.

Baca juga:
Kemenristekdikti ingin kampus hasilkan inovasi
BPPT : Inovasi mikroba untuk produktivitas lahan gambut

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018