Jakarta (ANTARA News) - Indonesia mempertegas komitmen dalam mengekang dampak perubahan iklim pada pertemuan para pihak ke-24 kerangka kerja mengenai perubahan iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Framework Convention on Climate Change/UNFCCC) yang berlangsung 2-14 Desember di Katowice, Polandia.

Dalam pernyataan tertulisnya pada Selasa Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar, yang memimpin delegasi Indonesia dalam pertemuan yang dihadiri 45 ribu peserta dari 197 negara itu, menyatakan Indonesia sesungguhnya cukup maju dalam implementasi Kesepakatan Paris.

"Dalam arti kerja-kerja membumi di lapangan berlangsung oleh masyarakat, aktivis, LSM juga dunia usaha serta pemerintah, baik eksekutif, legislatif maupun yudikatif," katanya.

Ia menambahkan keunggulan Indonesia dalam penerapan perjanjian iklim Paris antara lain ada para partisipasi banyak pihak di dalamnya.

"Saya optimis kita bisa laksanakan kerja-kerja lingkungan dengan pas, baik menurut rule book konvensi internasional dan terutama karena perintah UUD 1945 Pasal 28H dan Pasal 33. Kita kerja yang baik saja," kata Siti.

Dia mengatakan pemerintah Indonesia konsisten melaksanakan komitmen penurunan target emisi gas rumah kaca dan program adaptasi perubahan iklim dalam dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) sebagai produk dari Kesepakatan Paris.

Indonesia telah meratifikasi Kesepakatan Paris melalui Undang-undang Nomor 16 Tahun 2016 dan dalam NDC Indonesia berkomitmen menurunkan emisi gas rumah kaca pada tahun 2030 sebesar 29 persen dengan upaya sendiri dan sampai 41 persen dengan kerja sama internasional.

Data pemerintah tahun 2016 menunjukkan, Indonesia menurunkan emisi gas rumah kaca 8,7 persen dari berbagai sektor. "Dan tahun 2017 penurunan emisi telah mencapai sekitar 16 persen," kata Siti.

Dalam mencapai target pengurangan emisi gas rumah kaca 29 persen, menurut dia, Indonesia memiliki modalitas baik guna memenuhi janji NDC dengan kebijakan dan peraturan pendukung serta keterlibatan lembaga-lembaga dalam mendukung pendanaan, pengembangan kapasitas, transfer teknologi, kemitraan dan penelitian.

Di pertemuan UNFCCC Katowice, Indonesia tidak hanya menampilkan capaian dalam pengendalian perubahan iklim, namun juga menyajikan informasi komitmen dan upaya Indonesia dalam pengurangan emisi serta gambaran kegiatan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim lewat Paviliun Indonesia.


Tekan kenaikan suhu

Pada pertemuan para pihak ke-21 tahun 2015, negara-negara peserta sepakat berupaya menekan kenaikan suhu di bawah 2 derajat Celsius tahun 2100 atau bahkan 1,5 derajat Celsius sebagaimana tertuang dalam Kesepakatan Paris.

Pertemuan COP 24 di Polandia akan menentukan perjalanan upaya pengendalian perubahan iklim pada masa mendatang.

"Hari ini tiga tahun setelah Kesepakatan Paris, semua negara hadir di Katowice, membuktikan komitmennya dalam pengendalian perubahan iklim," kata Presiden Polandia Andrzej Duda pada pembukaan COP-24, Senin pagi waktu setempat.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres juga mengingatkan bahwa dunia sedang dalam masalah, karena perubahan iklim berjalan lebih cepat dari upaya manusia untuk mengekangnya.

"Kami mengingatkan ini adalah tenggat waktu, kita tidak punya banyak waktu untuk negosiasi yang panjang. Yang kita butuhkan adalah kemauan politik dan kepemimpinan 'hijau'," katanya.

Baca juga:
Indonesia bawa praktik mitigasi-adaptasi terbaik ke KTT Iklim
BRG berbagi metode pemantauan restorasi gambut di KTT Iklim

Pewarta: Sri Muryono
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018