Medan (ANTARA News) - Menteri Agama (Menag) Maftuh Basyuni mengatakan umat Islam di tanah air tidak perlu takut menggunakan label Islam dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan karena negara ini tidak akan hancur atau "kiamat".
"Tidak perlu takut sejauh hal itu dilakukan masih dalam bingkai Negara Kesatuan RI," kata Menag dihadapan para ulama se kota Medan, Minggu, ketika memberikan sambutan buka puasa di kediamaan Walikota Medan, Abdillah.
Menag berada di Medan dalam rangka membuka Ramadhan Fair yang dilaksanakan tidak jauh dari halaman Masjid Raya Al Maksum, Medan Minggu malam.
Sebelumnya Menteri memuji ceramah Prof Dr Hasballah Tahid yang mengupas jembatan hati umat Islam.
Dari kajian pakar Islam itu, Menteri mengomentari bahwa persatuan merupakan hal penting, dalam ajaran Islam, khususnya ketika memerangi keterbelakangan.
Menonjolkan wajah atau label Islam tidak akan membuat NKRI hancur, jika hal itu dilakukan dalam bingkai NKRI.
Karena itu , dia menyambut baik digelarnya Ramadhan Fair yang berlangsung keempat kalinya di kota ini.
Namun disisi lain dia mengingatkan umat Islam di seluruh tanah air akan musibah di Bengkulu, Padang dan beberapa tempat lain yang diguncang gempa beberapa waktu yang lalu.
Umat Islam perlu meningkatkan kepedulian dengan cara memberi bantuan.
"Disinilah pentingnya jembatan hati itu seperti yang dikemukakan dalam ceramah Prof Hasballah Tahid tadi," kata Menag.
Berkaitan dengan persoalan persatuan itu, Menteri mengaku selalu deg-degan atau was-was, ketika menyambut awal Ramadhan, pasalnya ahli hisab dan rukyat selalu berbeda pandangan dalam menentukan awal Ramadhan.
"Kalau sekarang ada kesamaan dalam menentukan awal Ramadhan itu karena kebetulan," kata Menteri.
Rasa kawatir itu menurut Menteri masih juga belum hilang, soalnya ormas Islam dengan ahli rukyat dan hisabnya masih punya pandangan berbeda, dalam penentuan satu sawal atau lebaran.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007