Sorotan sinar lampu warna warni tertuju ke tengah Sungai Martapura, Kota Banjarmasin, ibu kota Provinsi Kalimantan Selatan.

Sinar lampu tersebut tertuju ke arah atraksi seni tari yang diperagakan beberapa grup tari yang menyajikan lakon tarian tradisional khas Suku Banjar, etnis terbesar di wilayah paling selatan pulau terbesar di tanah air tersebut.

Tepuk tangan hadirin sering terdengar dikala sajian yang dipersembahkan grup grup tari ternama kota seribu sungai itu dinilai spektakuler.

Iringan musik panting, berupa bunyi gong, babun, dan biola pun, serta alat musik panting yang menyerupai gambus itupun memecah susana malam di wilayah berpenduduk 800 ribu jiwa tersebut.

Senyum simpul terlihat dari muka petinggi kawasan yang juga berjuluk kota kuliner, yakni Wali Kota Banjarmasin Ibnu Sina. Senyum simpul juga dari pejabat di jajaran SKPD di kota tersebut.

Suasana yang berlangsung Minggu malam (2/12) itu saat digelarnya Festival Sungai tahun 2018.

Festival tahunan tersebut selain untuk melestarikan kebudayaan, sekaligus meningkatkan kreatifitas anak muda dalam seni daerah, dalam upaya pula menangkal kebudayaan asing yang begitu deras dirasakan masuk ke wilayah ini.

Namun dari semua itu, event tersebut tak lain adalah pula memperkuat posisi Kota Banjarmasin sebagai kota sungai di tanah air.

Puluhan penari dari enam sanggar tari unjuk kebolehannya dalam festival sungai tahun 2018 di Siring Menara Pandang, Kota Banjarmasin.

Menariknya, dalam kegiatan tersebut, panggung tempat mereka menari berada di tengah Sungai Martapura, Banjarmasin.

Alhasil, kawasan Sungai Martapura yang membelah tengah Kota Banjarmasin pun kian semarak.

Kegiatan tersebut tentu saja menyedot perhatian seluruh pengunjung Siring Menara Pandang, Banjarmasin dimana lokasi tersebut digelar.

Festival Sungai 2018 mengambil tema "Dance on the River" merupakan agenda tahunan Pemkot Banjarmasin, disamping agenda lainnya seperti festival tanglung, festival pasar terapung, dan festival perahu naga.

Kegiatan festival sungai tersebut pertama kali dilaksanakan saat Kongres Sungai Indonesia III tahun 2017 lalu.

Menurut Kabid Pariwisata, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Banjarmasin, Zul Faizal putra, untuk tahun mendatang, kegiatan Festival Sungai dipastikan bakal lebih heboh lagi.

Sebab, di tahun 2019 nanti, pihaknya akan melaksanakan Festival Sungai berskala Internasional dengan mengundang negara-negara lain.

Wali Kota Banjarmasin H Ibnu Sina saat membuka kegiatan tersebut menyatakan, lomba tari di atas sungai yang dilaksanakan pada malam hari itu merupakan sebuah ide kreatif yang belum pernah dilaksanakan sebelumnya.

Terlebih, saat ini Kota Banjarmasin sedang giat-giatnya menjadikan sungai sebagai teras depan kota dan obyek wisata. "Makanya saya pandang perlu melaksanakan lomba tari ini di atas sungai," ujarnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, Kota Banjarmasin memiliki beragam seni budaya daerah yang layak untuk ditampilkan dan dikembangkan, salah satunya seperti lomba tari di atas sungai itu.

"Ini sebuah langkah maju yang patut mendapatkan apresiasi dari kita semua, untuk mengangkat akar budaya lokal keskala yang lebih luas," katanya.

Diharapkan seluruh peserta selain dapat melakukan aktivitas seni tari, juga dapat menguji kemampuan dan keterampilan serta kebersamaan kelompok melalui kegiatan tersebut.

Harapan lain yang disampaikannya dalam kegiatan yang dihadiri para kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) lingkup Pemkot Banjarmasin dan jajaran Forkopimda Kota Banjarmasin itu, agar kegiatan tersebut bisa menjadi ageda tahunan dengan melibatkan seluruh lapisan masyarakat Kota Banjarmasin.

Dari data terhimpun, sanggar tari yang keluar sebagai juara antara lain, juara pertama Sanggar Tari Karimata, juara kedua Sanggar Tari Seni Nuansa, juara ketiga Sanggar Tari Arjuna Patra, juara harapan pertama Sanggar Tari dari SMA N 5 Banjarmasin, juara harapan kedua Sanggar Tari Kambar Kamanikan, juara harapa ketiga Sanggar Tari PGMI 16 UNISKA Banjarmasin.

Penyerahan hadia berupa tropi dan uang pembinaan dilakukan langsung oleh Walikota Banjarmasin dan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayan Kota Banjarmasin, Ikhsan Alhaq.

Wisata air

Berbagai kegiatan yang selalu melibatkan keberadaan sungai tersebut tak lain karena Pemkot Banjarmasin ingin menjadikan sungai sebagai beranda depan pembangunan ke depan, sekaligus sebagai objek wisata yang terkenal di tanah air dan dunia.

Mengingat posisi Banjarmasin yang memiliki 170 sungai sungai besar yakni Sungai Barito dan Sungai Martapura serta anak anak sungainya yang kesemuanya membelah kota dengan nama sendiri-sendiri.

Nama-nama sungai yang dikenal di Banjarmasin yakni Sungai Teluk Dalam, Sungai Kuripan, Sungai Miai, Sungai Tatas, Sungai Kelayan, Sungai Pakapuran, Sungai Veteran, Sungai Kidaung, Sungai Pemurus, dan nama nama lainnya.

Banjarmasin tak memiliki sumberdaya alam seperti hutan atau tambang yang bisa menjadi sumber ekonomi, karena itu tak ada pilihan lain kecuali memanfaatkan sungai-sungai itu sebagai magnet ekonomi melalui destinasi wisata.

Ratusan miliar rupiah sudah dikeluarkan Pemkot Banjarmasin untuk membenahi sungai tersebut seperti pembangunan siring, dermaga klotok (angkutan air) dan jembatan-jembatan yang menghubungan antara objek wisata satu dan lainnya di kawasan sungai tersebut.

Sarana angkutan air pun terus dibenahi termasuk pembenahan bantaran sungai dengan membuatkan ruang terbuka hijau, taman-taman bunga serta aneka lampu penerangan warna warni.

Sungai di Banjarmasin terus dipelihara dan diciptakan sebaik mungkin melalui pembangunan siring atau turap yang sudah mencapai lima kilometer, yang dihiasi oleh Menara Pandang. Maskot Bakantan (kera hidung besar), pusat kuliner, pusat pelelangan ikan, pusat cendra mata kain sasirangan.

Di siring Sungai Banjarmasin tersebut terdapat Pasar Terapung Tendean yang dikunjungi setidaknya enam ribu orang dalam seminggu sehingga Banjarmasin benar-benar menjadi lokasi destinasi wisata sungai nusantara.

Kian banyaknya kunjungan ke destinasi wisata Banjarmasin karena pengunjung biasanya akan senang jika berdekatan dengan sumber-sumber kehidupan, seperti air, daratan, lahan pertanian, dan juga hutan, termasuk menikmati budaya air yang sulit ditemui di wilayah lainnya.*


Baca juga: Musi Banyuasin siapkan wisata sungai

Baca juga: Mencoba serunya Pemandian Sungai Ajil di Riau

Baca juga: Cianjur dorong regulasi perlindungan Sungai Citarum

Pewarta: Imam Hanafi dan hasan zainudin
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018