Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua MPR Oesman Sapta mengingatkan bahwa ponsel tidak hanya berguna untuk memudahkan pekerjaan, tetapi bisa juga menjerumuskan karena penggunanya dapat berkomunikasi dengan siapa saja dan kapan saja.
"Pengguna dapat membaca berita dari mana saja, bahkan berbarengan dengan saat kejadian. Pengguna tidak hanya bisa membaca berita kiriman tetapi juga mampu menyebarkan berita atau informasi, entah itu fakta ataupun ilusi," kata wakil ketia MPR Oesman Sapta dalam siaran pers yang diterima Antara Jakarta, Senin.
Pernyataan tersebut disampaikan Oesman Sapta saat menghadiri acara Sosialisasi Empat Pilar yang diinisiasi Himpunan Putra-Putri Keluarga Angkatan Darat (Hipakad) dan dihadiri oleh 700 orang dari Hikapad, putra-putri Polisi, dan mahasiswa Universitas Kristen Indonesia di Gedung Nusantara V, Komplek Gedung MPR/DPR/DPD, Jakarta pada Senin (3/12).
Dalam kesempatan tersebut Oesman Sapta juga menyebutkan bahwa berita dan informasi mempunyai dua sisi manfaat.
"Bisa menjadi penyebar kebaikan sekaligus berpotensi penebar kebohongan," kata Oesman Sapta.
Politikus asal Kalimantan Barat tersebut menegaskan bahwa ponsel dapat memperkuat persatuan bangsa, melalui jejaring media sosial.
"Melalui dunia maya anggota Hipakad memposting status benderaku Merah Putih," tuturnya, bila status yang diunggah Hipakad tersebut bisa menjadi viral maka hal itu akan menyadarkan bangsa ini bahwa Merah Putih harus terus berkibar di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sedangkan tantangan negatif penggunaan ponsel itulah yang membuat MPR semakin yakin penguatan nilai-nilai kebangsaan mutlak untuk dilakukan.
“Kami tidak ingin generasi penerus tidak mengenal dan mengerti ideologi bangsa dan negara,” paparnya.
Ia juga menjelaskan bahwa tidak ada satupun negara yang kuat tanpa ideologi. Negara juga tidak dapat berdiri bila rakyatnya tidak memahami dan mengimplementasikan ideologinya.
Keberadaan Indonesia yang terdiri beragam suku, budaya, dan adat istiadat merupakan sebuah kekayaan, tetapi ia mengingatkan apabila keberagaman tersebut tidak dikelola dengan persatuan justru bisa menjadi pemecah bangsa.
“Tanpa persatuan mustahil ada kesejahteraan dan pembangunan,” tutupnya.
Ketua Hipakad Hariara Tambunan tidak lupa mengucapkan terima kasih karena bisa bekerja sama dengan MPR untuk menanamkan nilai-nilai luhur dan kebangsaan kepada para peserta.
Menurutnya, Indonesia adalah rumah bersama dari beragam suku, bahasa dan agama yang tersebar di ribuan pulau di bawah naungan Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika. Namun, bangsa ini tidak lepas dari berbagai ancaman yang dapat memecah kesatuan dan kesatuan.
"Ancaman ini khususnya menyasar generasi muda. Untuk itulah Sosialisasi Empat Pilar perlu dilakukan," katanya, ia juga berharap nilai-nilai yang didapat harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
"Jangan diingat dan dipahami hanya di gedung ini saja," ucapnya. Ia juga mengajak semua peserta acara tersebut untuk memerangi hoax.(KR-HSI)
Baca juga: KIPP minta KPU ikuti putusan MK soal OSO
Baca juga: OSO sebut Jokowi telah perbaiki sistem desa
Pewarta: Hendri Sukma Indrawan
Editor: Jaka Sugiyanta
Copyright © ANTARA 2018