Surabaya (ANTARA News) - Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya bekerja sama dengan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) RI mendorong kaum muda berinvestasi melalui Surat Berharga Negara (SBN) Ritel Kemenkeu.
Rektor ITS Prof Joni Hermana dalam sambutannya pada pendatanganan nota kesepahaman (MoU) di kampus setempat di Surabaya, Senin, mengatakan bahwa sebagian masyarakat Indonesia saat ini cenderung tertarik untuk membeli barang baru daripada menggunakan uangnya untuk berinvestasi.
"Melalui kerja sama dengan Kemenkeu ini, bisa diharapkan untuk terus bertambahnya minat kaum milenium dalam melakukan investasi," kata Joni.
Joni mengatakan melalui Surat Berharga Negara (SBN) Ritel Kemenkeu, mahasiswa menjadi semakin mudah untuk melakukan investasinya. Apalagi investasi tersebut juga ditujukan untuk pembangunan negara Indonesia.
"Jadi prinsipnya, kita membangun negeri kita dengan uang yang bersumber dari kita sendiri," ujar Joni.
Selain penandatanganan MoU antara ITS dan Kemenkeu, pada kesempatan itu digelar kuliah tamu yang disampaikan oleh Kepala Subdirektorat Analisis Keuangan dan Pasar Surat Utang Negara, Suharianto dan Kepala Seksi Pelaksanaan Transaksi Surat Berharga Syariah Negara II, Slamet Prayitno dengan tema "Investasiku Bagi Indonesia melalui Surat Berharga Negara (SBN) Ritel".
Dalam kuliah tamunya, Kepala Subdirektorat Analisis Keuangan dan Pasar Surat Utang Negara Suharianto menjelaskan bahwa minimal uang untuk membeli SBN Ritel hanya sebesar Rp1 juta.
"Sehingga tidak harus memiliki uang ratusan juta rupiah untuk bisa melakukan investasi pada usia muda," ujarnya.
Data jumlah investor dari salah satu produk SBN Ritel yaitu SBR004 menunjukkan bahwa 40,99 persen ialah berasal dari kalangan kaum millenium.
Hal itu menunjukkan bahwa jumlah kaum millenium saat ini yang ikut berinvestasi sudah cukup banyak. Walaupun nilai dari nominalnya masih terbilang cukup kecil.
Sementara Kepala Seksi Pelaksanaan Transaksi Surat Berharga Syariah Negara II Slamet Prayitno menuturkan bahwa investasi SBN Ritel tidak hanya bersifat konvensional.
Di SBN Ritel saat ini sudah berkembang sistem bersifat syariah yang disebut dengan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) Ritel. SBSN hanya difokuskan untuk membiayai proyek-proyek pemerintah saja.
"Dengan demikian, pendanaan untuk pembangunan dalam negeri tidak tergantung dengan dana asing yang begitu banyak. Sehingga kaum millenium saat ini perlu untuk berinvestasi demi membantu perekonomian negara Indonesia sendiri," ujarnya.
Baca juga: Kemenkeu: Investor masih tertarik Surat Berharga Negara
Baca juga: Lelang SBSN serap Rp5,17 triliun
Pewarta: Willy Irawan dan Indra Setiawan
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018