Radit (7), murid SD di Kota Pekanbaru, menceritakan awalnya cita-citanya ingin menjadi seorang sopir truk, sebab ia sering melihat sopir truk di sekitar tempat tinggalnya.
Karena sehari-hari melihat aktivitas sopir truk itu, membuat Radit memiliki pemikiran sederhana, bahwa kelak dia ingin menjadi sopir karena profesi yang sangat bagus bisa membawa pasir banyak, dan kemudian menurunkan banyak pasir lagi.
Tapi, kini Radit mengubah cita-citanya menjadi pilot saat relawan Kelas Inspiratif menceritakan profesi tentang seorang pilot. "Jadi pilot, kita kan bisa terbang tinggi, melihat awan, melihat langit, " kata Radit dengan lugunya.
Sama halnya, menurut orang tua Radit, anaknya kini telah mengubah cita-citanya menjadi pilot, karena di rumah banyak mainan pesawat, dan helikopter yang dibelikan oleh ayahnya sehingga memotivasi dirinya kelak ingin jadi pilot.
Perubahan cita-cita lainnya juga terjadi pada teman-teman Radit yang sekelas dengannya. Begitulah pikiran anak-anak SD yang masih menganggap dunia hanya sekedar untuk melakukan keinginan mereka saja.
Setelah mengikuti Kelas Inspirasi yang digelar di sekolahnya, Radit yang selalu tersenyum manis itu dan sejumlah teman sekelasnya yang lain meminta terus para relawan hadir ke sekolahnya untuk menceritakan lagi bagaimana belajar yang baik untuk membangun cita-cita menjadi seorang pilot.
Arahkan Cita-cita Anak
Pengelola Project Kelas Inspirasi (KI) di Pekanbaru, Provinsi Riau, kini terus menggiatkan proyek sosial berupa arahan mengenai cita-cita anak sejak dini, sesuai dengan keinginannya, agar kelak tahu minatnya sendiri sehingga pendidikan mereka tidak terancam putus di tengah jalan.
"Banyak anak yang kini terancam putus sekolah, bahkan tidak pernah menyelesaikan jenjang pendidikan menengah, apalagi pendidikan tinggi karena tidak memahami apa yang mereka inginkan dan bagaimana cara menempuh cita-cita tersebut," kata Koordinator KI Medy.
Menurut dia, cara menempuh cita-cita tersebut, antara lain anak sedini mungkin diarahkan tentang cita-ciatanya agar mereka mengetahui dan memahami apa yang perlu dilakukan untuk meraih cita-cita tersebut sejak sekarang.
"Salah satu cara dalam memberikan pengarahan itu dilakukan langsung oleh para pekerja profesional di bidangnya masing-masing, yang mereka diminta keikhlasannya untuk cuti satu hari dan bersedia masuk kelas," katanya.
Mereka yang berasal dari berbagai profesi itu, katanya, mengajarkan pada anak bagaimana profesi tersebut dapat ditempuh, sedangkan penjelasannya dilakukan secara kreatif dan unik, tentu dengan bahasa yang mudah dipahami anak-anak.
Dengan menghadirkan kalangan profesional di bidangnya, kata Medy, mereka dapat memberikan pengetahuan serta menumbuhkan cita-cita anak-anak sesuai dengan keinginan dan kemampuan yang dimiliki anak.
Proyek Kelas Inspirasi, katanya, merupakan sarana untuk memperkenalkan serta mengarahkan banyak profesi di Indonesia kepada anak bangsa, khususnya mengajar anak di sekolah dasar (SD).
Ia menjelaskan anak SD menjadi sasaran pengarahan karena pada usia tersebut, mereka sudah cukup pontensial mengenal profesi, sehingga anak sudah memiliki cita-cita yang tepat sejak usia dini.
"Sebab selama ini banyak dari mereka hanya mengetahui profesi itu menjadi seorang dokter, guru, dan polisi. Padahal masih banyak profesi di Indonesia yang mungkin mereka menginginkan profesi tersebut, namun anak tidak mengetahuinya," katanya.
Proyek sosial digelar bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru dalam memperoleh perizinan dan meminta rekomendasi sekolah mana saja yang bisa diselenggarakan Kelas Inspirasi atau satu hari bebas belajar formal itu.
Sekolah yang direkomendasikan Disdik Pekanbaru untuk kegiatan setiap Senin itu, dengan KI kelima digelar 12 November 2018 di Pekanbaru, yakni di SDN 16 Rumbai Pesisir SDN 96 Payung Sekaki, di SDN 54 Sukajadi, SDN 68 Sukajdi, SDN 122 Tenayan Raya, SDN 69 Tanjung Rhu, SDN 191 Panam, SDN 143 Tangkerang, dan SDN 77 Tangkerang.
KI dibentuk pertama kali pada 2012 di Jakarta dan hampir seluruh kota di Indonsia sudah memiliki KI, sedangkan di Kota Pekanbaru dibentuk pada 2013.
Sejarah KI
Sejarah berdirinya Kelas Inspirasi ini bermula dari adanya Gerakan Indonesia Mengajar (GIM). Dimana Gerakan Indonesia Mengajar merupakan sebuah inisiatif gerakan di bidang pendidikan yang merekrut, melatih, dan mengirimkan lulusan terbaik untuk mengajar sekolah dasar di daerah pelosok Indonesia selama satu tahun. GIM sendiri dimulai sejak tahun 2010.
Salah satu misi utama dari gerakan ini adalah mengajak berbagai pihak, termasuk masyarakat umum, untuk turut terlibat aktif dalam usaha peningkatan kualitas pendidikan bangsam, salah satu bentuk yang nyata adalah Kelas Inspirasi.
Sehingga diharapkan tidak hanya orang-orang dengan latar belakang pendidikan saja yang wajib meningkatkan dan memajukan pendidikan bangsa, tetapi mencakup semua warga masyarakat dari berbagai latar belakang profesi.
Untuk itu Kelas Inspirasi merupakan kegiatan yang mewadahi profesional dari berbagai sektor untuk ikut serta berkontribusi pada misi perbaikan pendidikan di Indonesia. Melalui program ini, para profesional pengajar tersebut diharuskan untuk cuti satu hari secara serentak untuk mengunjungi dan berbagi cerita, pengetahuan, serta pengalaman terkait di bidang profesinya masing-masing.
Pelaku Kelas Inspirasi ini disebut sebagai Relawan. Relawan di sini terbagi menjadi dua, yaitu Relawan Panitia Lokasi yang meliputi lima divisi kerja, kemudian Relawan Pengajar yang terdiri dari para profesional di bidangnya.
Relawan Panitia Lokal ini yang bertugas mempersiapkan dan mengatur semua kegiatan Kelas Inspirasi dari awal sampai akhir kegiatan. Sedangkan Relawan Pengajar bertugas satu hari saja untuk datang langsung ke sekolah dasar yang telah ditetapkan sebagai inspirator anak-anak dalam mewujudkan mimpi.
Kelas Inspirasi dilaksanakan secara serentak, yaitu pada Hari Inspirasi pada hari Senin semua Relawan diwajibkan untuk cuti sehari dan siap melaksanakan tugas sebagai profesional yang mendidik anak negeri dengan memberikan motivasi, semangat, serta inspirasi dalam menggapai mimpi.
Jadi mereka hanya dituntut untuk cuti sehari kemudian mengajar langsung sesuai profesinya kepada siswa sekolah dasar. Tidak perlu waktu lama sampai bertahun-tahun, tapi cukup meluangkan waktunya satu hari saja.
"Cuti sehari bagi Anda, selamanya akan menginspirasi bagi mereka".
Untuk yang pertama kalinya Hari Inspirasi di Indonesia jatuh pada tanggal 25 April 2012 di Jakarta, sebanyak 25 lokasi sekolah dasar. Sasaran dari kegiatan Kelas Inspirasi adalah sekolah dasar yang berada di pelosok di setiap kotanya. Karena anak-anak pada usia SD inilah yang perlu kita berikan suntikan motivasi dan inspirasi menggapai cita-cita.
Konsep Kelas Inspirasi sendiri, yaitu bersifat sosial pendidikan. Jadi memang semua kegiatan yang dilakukan benar-benar untuk berbagi dan memberikan inspirasi di bidang pendidikan dasar.
Tujuannya adalah Kelas Inspirasi bisa menjadi gerbang bagi para profesional untuk berkontribusi secara nyata demi kemajuan pendidikan bangsa. Sehingga diharapkan para siswa akan memiliki banyak pilihan cita-cita, dan mereka berani untuk memiliki mimpi yang besar.
Tujuh Sikap Dasar
Medy menyebutkan, tercatat sebanyak tujuh sikap dasar yang harus dimiliki relawan bagi pengembangan kelas inspirasi, yakni semua pihak yang terlibat mengikuti kegiatan ini dengan penuh kerelaan hati.
Sikap berikutnya adalah siap belajar, maksudnya bersikap terbuka dan saling belajar antarsekolah dan relawan dalam proses belajar mengajar. Selain itu silaturahim, relawan dan sekolah, saling terbuka, rendah hati dan tulus untuk menjalin silaturahmi demi menjaga kemajuan dan pendidikan bersama.
Selanjutnya para pegiat dan pihak sekolah siap terjun langsung, fokus pada aksi dan dampak bagi siswa dan kemajuan sekolah. Beroikutnya
"KI bebas dari berbagai kepentingan, dan kepentingan hanya demi masa depan anak-anak Riau khususnya dan Indonesia umumnya. KI gratis atau tidak dipungut dari relawan, sekolah, atau siapapun sedangkan sumber pendanaan mungkin hanya iuran dari relawan atau pegiat. Terakhir, para relawan bersifat tulus, ikhlas bahwa semua pihak percaya ini bukan tentang diri relawan, atau tentang para pengurus sekolah tetapi demi anak-anak Indonesia yang siap berjuang menyongsong cita-cita mereka kelak," katanya.
Sarankan Berlanjut
Psikolog Universitas Islam Negeri (UIN) Suska Riau, Ahyani Rahdiani, MA, menyarankan pengelola Kelas Inspirasi (KI) Pekanbaru perlu bekerja sama yang kontinu atau berlanjut antara sekolah bersama relawan (tenaga profesional) dalam memberikan pengarahan terhadap cita-cita anak.
Ia menekankan, misalnya pada kelas inspirasi hari ini relawan telah menceritakan tentang profesi pilot, maka pada kunjungan hari berikutnya relawan yang sama perlu mendatangi anak yang ingin menjadi pilot tersebut.
"Setelah kunjungan terkait evaluasi alasan anak untuk menjadi pilot, selanjutnya jawaban anak dikumpulkan kemudian menjadi bahan evaluasi sesama relawan," katanya.
Bahan evaluasi, katanya, menjadi referensi untuk guru kelas informal dan relawan KI, antara lain dengan agenda mereka menanyakan perkembangannya tentang anak yang ingin menjadi pilot itu pada guru, kemudian sekaligus menjadi rujukan evaluasi untuk peningkatan kualitas untuk kelas inspirasi berikutnya.
"Namun demikian, saat relawan profesional tampil di depan kelas, maka penjelasan mereka tentang suatu profesi perlu disampaikan dengan lebih menggunakan bahasa yang menarik dan kreatif, karena anak masih berfikir dengan hal-hal yang sederhana atau tidak rumit," katanya.
Idealnya, katanya lagi, KI dalam penyampaiannya, menggunakan bahasa yang santai apalagi sebuah gambaran profesi itu, masih menjadi sesuatu yang abstrak bagi anak, sehingga penjelasan-penjelasan tentang sebuah profesi itu pada anak harus menggunakan berbagai contoh-contoh yang mudah dipahami oleh mereka.
Berikutnya, relawan perlu memberi penjelasan bahwa setiap profesi itu memiliki sisi negatif dan postif, namun untuk menjelaskan hal-hal yang negatif, maka para relawan harus betul-betul memperhatikan bahasa yang digunakan, tanpa menimbulkan rasa takut anak terhadap profesi yang akan diminatinya itu.
"Oleh karena itu kita sangat mengapresiasi program KI ini, kendati memang bentuk atau pola kegiatan yang sama sudah dilakukan pada pendidikan anka ditingkat PAUD dan telah menjadi menjadi kegiatan wajib," katanya.
Sementara itu, anak-anak yang berusia SD (7-12), adalah usia yang sangat rentan dimana anak sedang mencari tahu hal-hal menarik menurut dirinya sendiri dan kemudian lebih banyak ingin meniru prilaku dan hobi dari orang sekitarnya.
Peran KI penting, sebagai proses awal dalam merintis karir, di kelas inspirasi anak juga dapat menentukan minat profesi yang diinginkan anak tanpa intervensi dari orang tua, atau pemaksaaan kehendak untuk anak oleh orang tua tanpa mengetahui minat dan kemampuan anak terhadap profesi. Melalui KI ini anak diajak untuk mengenal keinginan mereka melalui cara permikiran anak sendiri cenderung seperti "pola laba-laba" itu.
"Pola laba-laba, dimaksudkan, ketika anak berfikir tentang suatu hal, maka anak akan mulai berfikir tentang apa, dan bagaimana, kenapa, dimana, dan kapan, suatu kejadian atau objek yang menjadi pemikirannya, sehingga menimbulkan banyak ingin tahu anak," katanya.
Pada akhirnya, katanya lagi, sifat keinginantahuannya itu dapat membentuk opini anak berdasarkan apa yang dilihatnya dan sifatnya itu lebih netral. Motivasi yang diberikan oleh para inspirator bisa merubah cara pandang anak sekaligus bisa mengubah motivasi anak, dampaknya anak bisa mempunyai gaya belajar sendiri dan cara berteman yang baik.*
Pewarta: Frislidia dan Desy No
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018