Medan (ANTARA News) - Kamboja bisa menjadi ancaman ekspor komoditas karet Indonesia dengan kebijakan pemerintah itu yang menawarkan sedikitnya 500 ribu hektar lahannya kepada investor untuk pengembangan tanaman karet. "Kalau peluang itu diambil pengusaha di negara importir karet Indonesia seperti China, maka ekspor karet nasional bisa terancam," kata Ketua Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatera Utara, Fauzi Hasballah, di Medan, Minggu. Ekspor karet Indonesia terancam, katanya, karena importir yang biasanya membeli karet Indonesia menghentikan pembelian bahkan bisa menjadi pesaing sebagai penjual atau produsen. China misalnya dewasa ini tumbuh menjadi salah satu negara tujuan utama ekspor karet dunia dan Indonesia menjadikan negara itu sebagai salah satu negara tujuan ekspor yang potensial. "Kebijakan Kamboja itu harus segera diantisipasi pemerintah dan kalangan perkaretan nasional agar ekspor karet Indonesia berjalan lancar di tengah peluang ekspor yang cukup besar dengan meningkatnya terus permintaan atas komoditas itu," katanya. Apalagi tawaran investasi tanaman karet itu diikuti dengan janji pemerintah Kamboja itu memberi berbagai kemudahan bagi investor yang berminat. Kamboja bisa tumbuh pesat seperti Vietnam yang awalnya juga melakukan hal sama. Vietnam kini semakin diperhitungkan dan menjadi saingan Indonesia dalam perkopian, kata Fauzi. Menurut dia, dewasa ini perkaretan nasional mengalami banyak hambatan yang mengurangi daya saing di pasar internasional. Hambatan mulai dari banyaknya peraturan daerah hingga pungutan lainnya dan termasuk tindakan mengkonversikan lahan karetnya ke sawit yang harga jualnya dinilai lebih menguntungkan.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007