Jayapura (ANTARA News) - Ketua VOX Point Indonesia Provinsi Papua Kristosimus Yohanes Agawemu yang juga Bupati Mappi mengajak calon anggota legislatif beragama Katolik di Papua untuk menembus batas perbedaan guna meraih dukungan suara.
Mereka harus meraih suara terbanyak guna memenangi pemilihan umum anggota legislatif pada tanggal 17 April 2019, kata Kristosimus saat tampil sebagai narasumber dalam Diskusi Umat tentang Kepemiluan bertema "Menakar Partisipasi dan Peran Aktif Umat Katolik dalam Pemilu Tahun 2019" di Gedung PAUD Paroki Kristus Juru Selamat Kotaraja, Abepura, Kota Jayapura, Minggu.
Pertama, kata Bupati Mappi, merumuskan bagaimana caranya agar mereka bisa memenangi pemilu, lalu memetakan potensi suara, kesiapan dana untuk sosialisasi, dan penguatan kerja tim.
Menurut pengamatan Kristosimus, caleg beragama Katolik di Papua belum bisa menembus segala perbedaan, baik itu agama maupun suku.
Sementara itu, jumlah pemeluk Katolik tidak terlalu banyak di Papua jika dibandingkan dengan jumlah pemilih dari agama lain.
Jika seorang caleg Katolik ingin menembus dari sekian ribu caleg, menurut dia, membutuh strategi pemenangan diri dan partainya.
"Rumuskan nilai pembagi pemilih dan pastikan butuh berapa suara untuk menang, lalu pegang aturan dan penggalangan massa," katanya.
Melalui momentum itu, Kristosimus menyarankan agara mereka harus menyiapkan saksi yang kompeten dan loyal.
Ia juga berpesan kepada caleg Katolik untuk pandai memilih sarana sosialisasi untuk meraup suara apakah melalui media sosial atau pendekatan langsung "door to door".
"Tetap kerja untuk memenangi pemilu. Akan tetapi, harus sesuai dengan aturan agar aman. Di politik, sekalipun satu partai, teman sejati itu tidak ada. Yang ada malah saling menjatuhkan," katanya.
Mantan Ketua DPRD Mappi ini juga meminta agar setelah terpilih kelak, mereka harus memperjuangkan nilai kekatolikan dengan menjadi garam dan terang dunia. Oleh sebab itu, tidak boleh menghalalkan segala cara.
"Saya mengutip kata-kata Presiden Turki: `Kalau orang baik tidak terlibat dalam politik, orang jahat yang akan duduk di kursi itu.` Jika orang Katolik tidak duduk, ya, akan tergilas, artinya bukan berarti bukan yang terbaik, tetapi punya nurani untuk menjadi garam dan terang dunia," ujarnya.
Baca juga: Mendagri ingatkan masyarakat agar melawan racun demokrasi
Baca juga: Jokowi minta caleg tangkis isu negatif
Baca juga: KPU Bekasi: Caleg perempuan bisa unggul dari laki-laki
Pewarta: Musa Abubar
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018