Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah pada pekan depan diperkirakan membaik hingga di bawah level Rp9.400 per dolar AS pada kisaran Rp9.375-Rp9.395 per dolar AS, dengan akan bertemunya Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) AS pada 18 September.
"Membaiknya rupiah masih dalam kisaran yang sempit, karena pelaku tetap fokus pada pertemuan FOMC, " kata Analis Valas PT Bank Saudara, Ruri Nova, di Jakarta akhir pekan ini.
Rupiah pukul 13.00 siang cenderung menguat di bawah level Rp9.400 per dolar AS menjadi Rp9.385 dari sebelumnya Rp9.402 per dolar AS.
"Kami memperkirakan rupiah akan kembali menguat pada pekan depan, setelah FOMC mengumumkan indikator ekonomi AS yang cenderung melemah yang menekan bank sentral AS (The Fed) menurunkan suku bunganya," katanya.
Federal Reserve Bank, menurut dia, diperkirakan akan menurunkan bunga The Fedfund Rate yang saat ini berkisar 5,25 persen dan akan memberikan pengaruh positif terhadap pasar uang domestik terutama terhadap rupiah.
Tekanan terhadap The Fed terutama disebabkan kasus gagal bayar kredit sektor perumahan di AS yang diperkirakan turun hanya 6,8 persen, ucapnya.
Rupiah, lanjut dia, memiliki peluang untuk kembali menguat sehingga posisi akan tetap berada di bawah level Rp9.400 per dolar AS.
Sentimen positif terhadap rupiah juga akan datang dari investor asing yang makin berminat untuk kembali memasuki pasar Indonesia, katanya.
Menurut dia, dukungan internal terhadap rupiah saat ini hanya dari Bank Indonesia (BI) yang telah mempertahankan tingkat suku bunga acuan (BI Rate) pada 8,25 persen.
Dengan stabilnya bunga BI Rate itu diharapkan akan menarik minat asing, apabila suku bunga dolar AS jadi diturunkan, capnya.
Rupiah, lanjut dia, berpeluang untuk kembali menguat, karena potensi ke arah sana sangat besar.
Untuk merealisasikan hal itu, otoritas moneter (BI) harus berupaya mengantisipasi pasar agar tidak bergejolak seperti mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate), meski BI Rate juga berpeluang untuk turun hingga di bawah level 8 persen pada akhir tahun ini, demikian Ruri. (*)
Copyright © ANTARA 2007