Jakarta (ANTARA News) - Massa dalam jumlah masif berkumpul pada suatu arena yang sama. Salah satu "masalah" yang terjadi kemudian adalah fasilitas peturasan umum. Ini juga yang terjadi pada peserta aksi Reuni 212, di Silang Monas, Jakarta Pusat, Minggu.

Di lapangan dan Silang Monas, toilet umum memang cukup sulit untuk ditemui karena hanya terdapat di titik-titik tertentu; yang sudah pasti jumlahnya tidak akan bisa meladeni hajat alami massa dalam jumlah raksasa laiknya Reuni 212 ini.

Banyak dari mereka yang kesulitan menemukan toilet sehingga menyerbu beberapa gedung di sekitar kawasan Monas termasuk Wisma ANTARA, di Jalan Medan Merdeka Selatan, persis di samping Kantor Kementerian ESDM. Di Wisma ANTARA juga berkantor pusat Kantor Berita ANTARA.

Para peserta Reuni 212 itu meminta izin untuk masuk ke dalam sejumlah gedung yang berada di seputar kawasan Monas Jakarta, Minggu.

"Saya menunggu teman saya yang antri toilet sudah satu jam lebih, ini tasnya di samping saya dia belum kembali sampai sekarang," kata Estri, peserta Reuni 212 asal Bintaro, Jakarta Selatan.

Ia menjadi salah satu peserta yang kesulitan mendapatkan toilet karena di beberapa titik yang disediakan antriannya panjang.
Ia dan rekannya akhirnya meminta izin masuk ke Wisma ANTARA untuk mengakses toilet.

Estri mengaku akan segera pulang setelah mengikuti rangkaian acara pagi karena harus memasak untuk keluarganya.

"Saya alhamdulillah dapat subuhan di sini, sekarang mau pulang, saya harus masak," katanya.

Terpantau, sejak pagi hingga menjelang siang, antrian ke toilet di Wisma ANTARA mengular panjang bahkan tidak hanya di lantai bawah tanah tapi sampai beberapa lantai di atasnya.

Meski dijaga secara ketat tentang akses masuk ke dalam gedung, namun manajemen Wisma ANTARA membuka akses toilet di beberapa lantai arena parkirnya.

Petugas keamanan Wisma ANTARA, Sunardi, mengatakan, sudah ratusan orang yang meminta izin masuk gedung untuk mengakses toilet. "Mereka boleh masuk, sudah atas perintah komandan, asal tertib dan mau antri," katanya.

Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018