Kita ingin mengangkat persatuan umat, sudah saatnya umat Islam di Indonesia membawa perubahan besar

Jakarta (ANTARA News) - Peserta Reuni 212 yang datang dari Yogyakarta mengenakan pakaian lurik dan blangkon khas Jawa serta membawa alat musik hadroh dan gamelan untuk berpartisipasi pada acara tersebut.

Ketua rombongan dari Jamaah Al Ghuroba Yogyakarta Ustadz Ihsan Abdusyari' menjelaskan di Jakarta, Minggu, jamaahnya sengaja mengenakan lurik dan blangkon untuk menunjukkan identitas masyarakat Yogyakarta.

Pakaian khas Jawa yang dikenakan ini sangat berbeda dan kelihatan mencolok di antara peserta lainnya yang mengenakan baju koko atau gamis putih dan disertai dengan peci.

Alat musik berupa hadroh dan gamelan yang dibawa pun akan digunakan layaknya prajurit Kraton Yogyakarta yang berbaris dan beriring seraya memainkan alat musik. Bedanya, alat musik yang dibawa oleh Jamaah Al Ghurobah akan digunakan untuk menyenandungkan shalawat.

Rombongan Jamaah Al Ghuroba sebanyak 200 orang yang berangkat dari Yogyakarta menggunakan mobil dan sampai di Jakarta pada Sabtu (1/12) pagi.

Meski Jamaah Al Ghuroba tidak mengikuti aksi damai 212 pada 2016 lalu, Ihsan mengatakan kali ini hadir pada Reuni 212 dengan membawa semangat persatuan umat.

"Kita ingin mengangkat persatuan umat, sudah saatnya umat Islam di Indonesia membawa perubahan besar. Karena kita menunjukan kita bersatu itu akan memberikan kabar gembira untuk saudara-saudara kita di Palestina, di Suriah, di Khasmir, di Rohingya," kata Ihsan.

Menurut dia, umat muslim di Indonesia harus membantu menyelesaikan permasalahan agama yang berkaitan dengan Islam di dunia internasional.

Selain dari Yogyakarta, massa peserta Reuni 212 masih terus berdatangan dari berbagai daerah dari Jakarta maupun luar Ibu Kota memadati kawasan Monas dan Istiqlal hingga Minggu dini hari.

Baca juga: KCI tambah personel layani Reuni 212
Baca juga: Pedagang menjamur dari Monas ke Istiqlal
Baca juga: Massa Reuni 212 padati Monas dengan keluarga

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2018