Jakarta (ANTARA News) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan mata uang rupiah masih berpotensi untuk melanjutkan momentum penguatan, asalkan tidak ada kondisi eksternal yang bergejolak.
"Kita masih punya ruang untuk penguatan rupiah, masih bisa tembus ke arah Rp13.000an. Dengan catatan tidak ada yang aneh-aneh," ujar Darmin saat ditemui di Jakarta, Jumat.
Darmin menjelaskan salah satu kondisi eksternal yang bisa memberikan dampak adalah pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping pada sela-sela Pertemuan G20 di Argentina.
Menurut dia, pertemuan tersebut berpotensi mengurangi tensi perang dagang serta memberikan alasan bagi penguatan rupiah, apabila tercipta kesepakatan yang saling menguntungkan.
"Kalau Trump ketemu Xi, tapi tidak ada kesepakatan untuk meredakan perang dagang, pasti ada tekanan lagi," ujarnya.
Selain itu, kondisi eksternal lainnya yang bisa memberikan pengaruh ke pergerakan mata uang adalah kemungkinan Bank Sentral AS (The Fed) tidak akan menyesuaikan suku bunga acuan pada Desember 2018.
Melihat situasi saat ini, Darmin memastikan penguatan rupiah yang disertai dengan masuknya arus modal merupakan momentum yang harus dipelihara.
Untuk itu, pemerintah terus melakukan pembenahan terhadap neraca transaksi berjalan untuk menekan defisit dan memperkuat pondasi perekonomian.
"Kalau rupiah menguat, kemudian modal mulai masuk, atau lebih besar lagi masuknya, maka transaksi modal dan finansial bisa mengimbangi defisit transaksi berjalan," ujarnya.
Dengan kondisi tersebut, maka Darmin menyakini rupiah bisa makin terapresiasi dan bergerak mendekati nilai fundamental.
Sebelumnya, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi bergerak menguat sebesar 16 poin ke posisi Rp14.345 dibandingkan sebelumnya Rp14.361 per dolar AS.
Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada di Jakarta, mengatakan bahwa laju mata uang rupiah mengalami kenaikan setelah merespon pergerakan dolar AS yang cenderung melandai di pasar global.
"Adanya komentar The Fed terkait dengan arah suku bunga yang cenderung netral membuat pergerakan dolar AS tertahan sehingga memberikan kesempatan pada rupiah untuk melanjutkan penguatan," katanya.
Di sisi lain, lanjut dia, imbas dari pernyataan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo yang menyatakan prospek ekonomi Indonesia akan semakin membaik dengan pertumbuhan yang lebih tinggi dan stabilitas yang tetap terjaga turut mendorong rupiah terapresiasi.
Baca juga: BI sebut arus modal masuk Rp24 trilun picu penguatan rupiah
Pewarta: Satyagraha
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2018