Samarinda (ANTARA News) - Seorang murid Kelas Dua SD asal Muara Wahau, Kutai Timur, Kaltim, berhasil diselamatkan keluarganya di Samarinda, Jumat malam (14/9), setelah dibawa kabur selama lima hari oleh Darwin (28), mantan napi kasus pemerkosaan. Polisi yang datang ke Tempat Kejadian Perkara (TKP) sempat kesulitan mengevakuasi pelaku yang dikepung warga saat diamankan di rumah Ketua RT setempat. "Kasus ini terbongkar saat pelaku secara tidak sengaja membawa korban justru ke rumah kerabatnya di Samarinda. Pelaku tidak mengetahui kalau pemilik rumah tempat dia membawa korban, masih memiliki hubungan saudara dengan ayah korban," kata Kapolsekta Samarinda seberang Ajun Komisaris Arif Budiman di Samarinda sabtu dinihari. Drama penculikan itu, kata Kapolsekta, berawal saat Darwin berusaha mencari cara menghindari kecurigaan warga setelah mencuri sebuah sepeda motor di Muara Wahau, Kutai Timur, Senin (10/9) lalu. Saat melihat korban, mantan napi kasus pemerkosaan itu lalu mengajaknya jalan dengan janji akan dibelikan baju dan diantar kembali ke sekolahnya di SD Salabia, Muara Wahau. "Korban lalu dibawa ke Samarinda yang jaraknya hampir 300 kilometer. Dalam perjalanan menurut keterangan korban, dia sempat manginap di hutan dan di sebuah rumah kosong. Di tempat itulah, korban dua kali dicabuli. Sebelum membawa korban ke rumah keluarganya, pelaku mampir di rumah rekannya di Karang Asam, untuk mengganti pakaian sekolah korban," ungkap Arif Budiman. Kamis malam (13/9), korban lalu dibawa ke rumah Ramsyah (31) di Jalan Cipto Mangunkusumo gang 3 RT. 05, Samarinda Seberang. Kepada Ramsyah, Darwin mengaku Melati adalah anak tirinya sehingga dia dibiarkan tidur sekamar. "Kebetulan, Ramsyah masih ada hubungan keluarga dengan orang tua korban, tetapi dia belum tahu kalau anak yang dibawa pelaku itu ponakannya. Jumat pagi, secara tidak sengaja korban sempat mendengarkan percakapan antara Ramsyah dengan Darwin dan mendengar nama bapaknya disebut," ungkap Kapolsekta Samarinda Seberang. Saat pelaku pamit untuk memperbaiki motor hasil curiannya itu, Melati kemudian menceritakan kalau Asnan yang disebut Darwin itu adalah bapaknya. Bagai disambar`petir, Ramsyah lalu memeluk Melati yang ternyata masih ponakannya sendiri. Saat itu juga, kasus itu dilaporkan ke Ketua RT setempat. Warga yang baru tahu kalau Melati bukan anak tiri Darwin, langsung murka dan menunggu kedatangannya. Namun dia baru kembali Jumat malam sekitar pukul 22.30 wita untuk menjemput Melati. Bahkan, mantan napi itu sempat membelikan Melati pakaian dan sandal. "Sejak warga mengetahui kalau anak itu adalah keluarganya, mereka menunggu tersangka kembali. Tersangka berhasil kami amankan dari amukan warga beserta motor yang diduga hasil curian. Motor itu kita serahkan ke Polsek Muara wahau Kutai Timur. Tersangka baru tiga bulan keluar penjara dalam kasus pemerkosaan," kata Arif Budiman. Sementara, Ramsyah yang ditemui di Polsekta Samarinda Seberang Sabtu dinihari mengaku tidak menduga kalau anak yang dibawa Darwin ke rumahnya adalah ponakannya sendiri. Dia mengaku mengenal Darwin lima tahun silam, saat dirinya bekerja di sebuah perkebunan kelapa sawit di Muara Wahau. "Kami kenal bapaknya saat kakak saya bekerja di perkebunan kepala sawit di Muara Wahau. Malam itu dia datang ke rumah sambil membawa Melati yang diakui anak tirinya," ujarnya. Melati saat ditemui ANTARA News dengan polos menceritakan aksi penculikan dan pencabulan yang dialaminya. Murid kelas dua SD itu mengaku mau diajak Darwin karena dijanjikan dibelikan baju. "Saya dijemput di sekolah, kemudian dibawa jalan dan sampai di Samarinda. Dia membuka pakaian lalu mencabuli saya saat kami menginap di hutan dan sebuah rumah kosong," ungkap Melati yang mengaku alat vitalnya perih saat buang air kecil. Melati mengaku tidak berani berteriak bahkan melawan, sebab Darwin mengancam akan membunuhnya. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007