Bengkulu (ANTARA News) - Sekitar 8.000 dari 40 ribu rumah penduduk di Kabupaten Muko Muko mengalami rusak total/ambruk akibat gempa bumi berkekuatan 7,9 SR yang terjadi di Bengkulu. "Saya baru datang dari kunjungan ke Muko Muko serta beberapa desa di Kabupaten Bengkulu Utara, dan ternyata kondisinya sangat parah, tidak seringan yang kita bayangkan," kata Gubernur Bengkulu Agusrin Maryono Najamuddin di Posko Satkorlak PBA Provinsi Bengkulu, Sabtu dinihari. Gubernur memperkirakan jumlah rumah warga di Muko Muko yang mengalami kerusakan total/ambruk tidak kurang dari 8.000 unit, dan 90 persen lainnya juga mengalami rusak. Kondisi lain yang ditemui di Muko Muko, yakni hingga saat ini seluruh masyarakat kabupaten yang berbatasan dengan Sumbar itu masih berada di tempat-tempat tinggi dan hutan untuk mengungsi. "Seluruh aparat pemerintah, termasuk petugas medisnya hingga kini berada di pengungsian bersama masyarakat karena takut terjadi gempa susulan dan tsunami," katanya. Gubernur juga mengaku telah mengajak agar warga kembali ke permukiman, namun ajakan itu ditolak. Warga memilih bertahan dipengungsian dengan kondisi sangat memprihatinkan. "Di pengungsian mereka tidak memiliki apapun. Tidak ada tenda, selimut dan bahan makanan, hingga saat ini masyarakat Muko Muko belum tersentuh oleh kita," katanya. Dari Muko Muko yang juga didampingi Danrem 041 Gamas Kol Inf Amril Amir dan Kapolda Bengkulu Brigjen Pol Soedibyo itu, meneruskan perjalanan ke beberapa lokasi di Kabupaten Bengkulu Utara diantaranya Desa Air Rami, Desa Penyangka dan Desa Selolong dengan menggunakan helikopter. "Saat kita berada di udara, sepertinya tidak ada masalah yang memprihatinkan, dan rumah-rumah pun tegak berdiri. Tapi ketika turun dan melihat langsung ternyata tak seperti itu kondisinya," katanya. Menurut dia, rumah-rumah penduduk di tiga desa itu, ternyata hanya atapnya saja yang masih berdiri, sementara dindingnya sudah hancur dan tak bisa lagi digunakan. Sekitar 90 persen rumah warga di tiga desa itu rusak total. Masyarakat di tiga desa itu, kondisinya sangat memprihatinkan karena tak memiliki tenda, selimut dan bahan makanan, sehingga mereka harus tidur tanpa atap dan kini kelaparan bahkan sebagian ada yang terjangkit penyakit. "Karena kelaparan, masyarkat sampai menyetop setiap kendaraan yang lewat untuk meminta sumbangan. Ketika kami lewatnya diberhentikan. Saya kasih uang ternyata mereka tidak mau," katanya. Masyarakat, kata dia hanya membutuhkan tenda, selimut, bahan makanan serta obat-obatan. Dengan kondisi seperti itu, gubernur meminta semua pihak yang ingin melihat kondisi riil Bengkulu paska gempa jangan hanya di Kota Bengkulu tapi minimal ke Desa Selolong dan Muko Muko.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007