Adanya komentar The Fed terkait dengan arah suku bunga yang cenderung netral membuat kenaikan dolar AS

Jakarta (ANTARA News) - Penguatan rupiah kamis pagi sebesar 122 poin ke posisi Rp14.407 dibandingkan sebelumnya Rp14.529 per dolar AS dipicu oleh pelemahan dolar AS dan masih adanya sentimen positif di dalam negeri.

Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada di Jakarta, Kamis, mengatakan pelemahan rupiah sempat menghalangi potensi penguatan rupiah, namun masih adanya sejumlah sentimen positif domestik membuat rupiah kembali perkasa.

"Adanya keputusan BI mempertahankan kebijakan pre-emptive dan ahead the curve guna menjaga stabilitas ekonomi pada 2019, berpotensi membuat suku bunga semakin meningkat, sehingga pelaku pasar cenderung bereaksi negatif, meskipun akan positif untuk pergerakan rupiah," ujar Reza.

Ia menuturkan, sentimen negatif diharapkan dapat lebih berkurang sehingga laju rupiah tetap bertahan positif.

"Adanya komentar The Fed terkait dengan arah suku bunga yang cenderung netral membuat kenaikan dolar AS tertahan sehingga diharapkan dapat direspon positif rupiah untuk dapat berbalik naik," katanya.

Nilai tukar rupiah hari ini diperkirakan akan bergerak di kisaran Rp14.530 per dolar AS hingga Rp14.515 per dolar AS.

Sebelumnya, pergerakan dolar AS yang cenderung menguat jelang pertemuan KTT G-20 Summit yang akan mempertemukan Presiden Xi Jinping dan Presiden Trump, berimbas pada pergerakan sejumlah mata uang Asia, termasuk rupiah yang berbalik melemah.

Di sisi lain, sejumlah sentimen positif dari dalam negeri belum cukup mampu mengangkat Rupiah yang dibarengi dengan penguatan dolar AS tersebut.

Baca juga: Dolar AS jatuh setelah penyataan Ketua Federal Reserve

Baca juga: IHSG berpotensi terus menguat seiring apresiasi kurs rupiah

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018