Kondisi ekonomi dunia saat ini masih berpotensi dan masih sangat berpotensi untuk dilanda ketidakpastian

Surakarta (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo menyatakan potensi ketidakpastian perekonomian global yang tidak menggembirakan dalam beberapa waktu mendatang masih tinggi.

"Kondisi ekonomi dunia saat ini masih berpotensi dan masih sangat berpotensi untuk dilanda ketidakpastian," kata Presiden Jokowi di hadapan peserta Rapimnas 2018 Kadin Indonesia di Solo, Jawa Tengah, Rabu.

Ia menyebutkan KTT APEC sepuluh hari lalu menunjukkan bahwa perang dagang Amerika Serikat dan Tiongkok masih akan terus berlanjut. "Nanti ketemu lagi di G20, feeling saya mengatakan ya tetap akan ramai," katanya.

Dalam KTT APEC, kata Presiden Jokowi, pimpinan dua ekonomi terbesar dunia nomor satu dan dua bersitegang dan sulit dipersatukan.

"Dari pagi sampai siang, kemudian masuk lagi sampai sore, ada blok di sana, ada blok di sini," katanya.

Ia pun memerintahkan Menlu untuk menjembatani agar panasnya perang dagang dapat mendingin, namun upaya itu gagal.

"Yang di sini datang ke saya, Presiden Jokowi terima kasih sudah menjembatani, tapi maaf kami tetap pada pendirian kami ini. Yang sana juga sama terima kasih, tapi juga maaf, ya itulah yang kita hadapi sekarang ini," katanya.

Menurut Presiden, pergerakan ekonomi global yang tidak menentu pasti akan berpengaruh terhadap Indonesia.

"Tapi kita tidak usah yang namanya pesimis, tetap harus optimis. Sekali lagi sebagai pengusaha kita tidak boleh gentar, kita harus tetap optimis. Jangan lupa di setiap kesempitan pasti selalu ada kesempatan. Di setiap kesulitan pasti selalu ada peluang. Pengusaha pasti berpikiran seperti itu," katanya.

Dalam suasana perang dagang seperti ini, katanya, terbuka peluang besar. Ketua Kadin dan Hipmi menyampaikan banyak investor berminat mengalihkan pabrik-pabriknya ke ASEAN, termasuk Indonesia.

"Inilah peluang karena mereka tahu kalau tarif masuk ke pasar Amerika dinaikkan, mau tidak mau mereka menggeser ke negara lain," katanya.

Menurut dia, kesempatan itu harus diambil dengan menjadikan mereka rekan kerja untuk menarik investasi dan memperluas ekspor.

"Problem besar kita sekarang ini adalah di neraca perdagangan, defisit neraca transaksi berjalan. Ini bisa diatasi kalau ekspor kita meningkat, bisa diatasi kalau kita bisa melakukan hilirisasi, bisa diatasi kalau kita melakukan industrialisasi, inilah sebuah potensi, baik potensi untuk memperkuat industri maupun potensi untuk meningkatkan ekspor kita," katanya.

Pewarta: Agus Salim
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2018