Jakarta (ANTARA News) - Secara umum tak ada pantangan makanan untuk pasien kanker. Justru, di antara beragam sumber gizi, asupan protein harus menjadi perhatian.
"Badannya sangat membutuhkan nutrisi tinggi. Jadi protein sangat dibutuhkan. Nah ini yang kadang-kadang keliru. Pasien itu justru setelah kena kanker dia puasa mutih. Enggak makan segala macam," ujar dokter spesialis paru dari Rumah Sakit Dharmais, dr. Evlina Suzanna, SpPA(K) di Jakarta, Rabu.
Tubuh pasien kanker membutuhkan perbaikan luka akibat kanker yang jauh lebih rusak ketimbang luka steril misalnya karena operasi.
"Karena sel kanker merusak jaringan di sekitarnya. Makanya dia bisa berakar, menyebar, bisa membuat tubuh benar-benar kurus. Karena dia memakan energi dari induknya. Makanya butuh energi tinggi dari protein tinggi," tutur Evlina.
Namun, apakah memberi protein sama dengan memberi makan sel kanker?
"Tidak. Obat kemoterapi itu menghancurkan sel. Dia (tubuh) butuh perbaikan. Dia butuh energi, protein untuk memperbaiki sel dan jaringan yang rusak. Makanya pasien kanker perlu makan telur sampai 6-7 butir atau daging 100 gram per hari," papar Evlina.
Hal terpenting adalah zat gizi pasien terpenuhi. Apalagi, saat ini ada pramedikasi yakni obat mual untuk pasien yang sudah menjalani kemoterapi, sehingga bisa meminimalisir nafsu makan yang berkurang karena mual.
"Pola makan yang nyaman, berprotein tinggi, itu yang harus diberikan. Jangan ada pantangan. Saat pengobatan dia butuh kalori tinggi, protein tinggi untuk perbaikan jaringan yang rusak oleh kanker dan obat kemoterapi," kata dia.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2018