Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono hanya bisa tersenyum simpul, ketika mendapat laporan bahwa ada menterinya yang jika menunaikan shalat lebih suka di teras masjid. Menteri yang dimaksud adalah Menko Kesra Aburizal Bakrie, dan Menteri PPN/Kepala Bappenas Paskah Suzetta. "Kalau shalat, menteri-menteri bapak ini tidak mau di depan, tetapi memilih di teras, bahkan ada yang memilih dekat pohon di sisi masjid," kata Ketua Umum Pengurus Masjid Agung Sunda Kelapa, Syaiful Hamid, saat memberi sambutan peresmian "Rumah Sehat Masjid Agung Sunda Kelapa" yang disaksikan Presiden Yudhoyono, Jumat. Tanpa merinci alasannya, ternyata laporan bahwa para pembantu Presiden itu sering sholat di luar ruangan utama masjid sontak mengundang tawa para hadirin yang ikut menyaksikan peresmian Rumah Sehat tersebut. Presiden yang mengenakan baju koko berwarna perak dan peci hitam, juga tampak tidak dapat menahan tawa. Sekali-kali dirinya saling berpandangan dengan Wapres Jusuf Kalla yang berada di sisi kirinya. Namun, dalam sambutannya, Presiden tidak menanggapi perilaku yang tergolong unik dari menteri-menterinya itu. Presiden hanya menyoroti perlunya membangun jembatan antara kalangan kaya dan yang kurang mampu tanpa mempertentangkannya apalagi bermusuhan. Kepala Negara juga berpesan, bahwa proses pembangunan RSMASK pantas untuk ditiru, dimana dana yang digunakan atau dikelola berasal dari dana zakat, infak, sedekah, dan wakaf masyarakat. Dengan menjembatani kalangan berpunya dan yang miskin yang dilandasi kewajiban moral, kewajiban sosial, kewajiban agama, diharapkan menjadi salah satu cara mengentaskan kemiskinan di tanah air. Masjid Sunda Kelapa berada di kawasan elit Menteng, memiliki jamaah yang mayoritas berasal dari keluarga kaya, seperti menteri, pejabat di pemerintahan, pengusaha, dan berbagai profesi seperti dokter. Sebut saja Aburizal Bakrie, Paskah Suzetta, Taufik Kiemas, bahkan Wapres Jusuf Kalla yang kediamannya dapat dicapai hanya dengan berjalan kaki dua menit dari masjid yang dibangun pada 31 Maret 1971 ini. Mengetahui jemaahnya didominasi orang-orang yang berpenghasilan tinggi, Syaiful justru memanfaatkannya dengan mendorong jamaah agar gemar berperilaku menyumbang terhadap kemakmuran masjid.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007