"Saya yakin bahwa mayoritas umat Islam di Indonesia adalah moderat dan mereka lelah sekali dikategorikan dalam politik yang radikal. Tapi sekali lagi, merupakan tanggung jawab seorang pemimpin untuk memimpin, pemimpin harus mengajar," kata Prabowo dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Rabu.
Hal itu dikatakan Prabowo Subianto saat menjadi pembicara utama di The World 2019 Gala Diner yang diselenggarakan The Economist di Singapura, Selasa (27/11) malam.
Menurut Prabowo, pemimpin memiliki peran penting dalam mendidik umat dan mengayomi ulama agar tidak tersesat mengambil jalan radikal.
Dia mengaku prihatin ketika banyak ulama belakangan ini digolongkan dalam kelompok radikal.
Namun Ketua Umum DPP Partai Gerindra itu optimis melihat mayoritas pemuka agama di Indonesia mengecam radikalisme dan mengkampanyekan ajaran Islam yang damai, Islam jalan tengah yang membawa manfaat bagi seluruh alam.
"Dan saya sangat optimis karena saya melihat banyak pemuka agama di Indonesia yang mengecam radikalisme dalam bentuk apa pun dan ajaran Islam menekankan ini," ujarnya.
Menurut Prabowo, pemimpin memiliki andil besar dalam meredam radikalisme dalam bentuk apa pun di Indonesia.
Selain itu, dia menilai pemimpin juga wajib menyediakan lapangan pekerjaan bagi anak-anak muda agar optimisme mereka terus tumbuh.
"Maka saya yakin bahwa pemimpin yang baik akan bisa meredakan segala bentuk radikalisme," katanya.
Prabowo melakukan kunjungan selama dua hari di Singapura yaitu Senin-Selasa (26-27 November) 2018.
Dalam kunjungannya selama dua hari di Singapura, Prabowo bertemu dengan Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong pada Senin (26/11).
Dalam pertemuan tersebut dirinya banyak membahas hal-hal strategis salah satunya adalah mengenai kebijakan ekonomi yang akan ia sampaikan pada acara the Economist World in 2019 Gala Dinner yang akan digelar Selasa (27/11) di Singapura.
Lalu pada Selasa (27/11) memenuhi undangan menjadi nara sumber dalam acara the Economist World in 2019 Gala Dinner yang digelar oleh majalah ekonomi ternama dunia yakni The Economist.
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2018