Jakarta (ANTARA News) - Prof. Sri Widiyantoro, guru besar seismologi Institut Teknologi Bandung (ITB), mengatakan gempa bumi yang titik pusatnya di 159 km barat daya Provinsi Bengkulu dan terjadi pada Rabu (12/9) petang mirip dengan gempa besar yang melanda Aceh akhir 2004 lalu. "Penyebab gempa Bengkulu mirip dengan kasus gempa Aceh, yaitu penunjaman lempeng Samudera Hindia ke bawah Palung Sunda yang berada tepat di bawah Pulau Sumatera. Gerakan ini arahnya dari selatan ke utara," kata Sri kepada ANTARA, di Jakarta, Kamis. Gempa yang menggoyang pesisir barat Sumatera hingga sebagian Jawa kemarin berkekuatan 7,9 pada skala Richter, dan terus diikuti oleh gempa-gempa susulan yang pusatnya di bawah permukaan laut. "Karena sudut penunjamannya yang landai, jadi untuk menimbulkan tsunami butuh energi yang lebih besar," kata pakar yang pernah menerima penghargaan riset terbaik dari Pemerintah Indonesia itu menjelaskan mengapa gempa Bengkulu tidak diikuti dengan tsunami seperti pada gempa Aceh tahun 2004. Menurut Sri, gempa Bengkulu hanya 10 persen dari kekuatan gempa Aceh dan titik pusatnya hanya 10 km di bawah permukaan laut, sehingga belum mencapai lantai samudera. "Dengan kedalaman 10 km, gempa Bengkulu dipengaruhi oleh adanya faktor sudut penunjaman lempeng Samudera Hindia yang landai. Itu artinya deformasi vertikal di lantai samudera memerlukan kekuatan gempa yang lebih besar," kata pria yang menjabat sebagai Ketua Kelompok Keahlian Ilmu dan Geofisika ITB itu menjelaskan. Lebih lanjut ia mengatakan dibandingkan dengan gempa di selatan Pantai Pangandaran tahun lalu, kekuatan gempa Bengkulu 20 kali lipat lebih besar. "Tapi karena sudut penunjaman gempa Pangandaran lebih curam daripada gempa Bengkulu, maka tsunami muncul dengan ketinggian yang membahayakan," kata dia. Ditanya tentang kemungkinan gempa Bengkulu sebagai gempa yang bersiklus, Sri mengaku dirinya tidak dapat memastikan hal tersebut secara persis. Di kalangan ahli geologi, kata Sri, memang ada yang namanya siklus gempa besar yang kekuatannya di atas 9 skala Richter terjadi di sepanjang Pulau Sumatera. Gempa besar yang berkekuatan sama dengan gempa tahun 2004 di Aceh, lanjutnya, memang pernah terjadi 170 tahun sebelumnya di kawasan dekat Bengkulu dan Padang. "Tapi apakah gempa Bengkulu yang kemarin adalah sebuah siklus? Itu masih tanda tanya, karena memang belum jelas kepastiannya," kata Sri. Ia sendiri berharap gempa besar itu merupakan siklus, agar masih lama lagi gempa serupa akan mengguncang kawasan yang sama. "Saya hanya bisa mengingatkan agar para penduduk yang tinggal di daerah penunjaman lempeng senantiasa berjaga-jaga dan waspada," demikian Sri. (*)
Copyright © ANTARA 2007